Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 6

24 Juli 2023   08:19 Diperbarui: 25 Juli 2023   22:18 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oh iya Dik..., apa kamu sedang sakit to? Ko sepertinya lemes gitu?"

"Iya Mas, aga ndak enak badan..,"

Bramantyo berpikir mungkin Ken Endok takut mengatakan untuk tidak berlatih berhubungan dulu malam ini karena kurang enak badan. "Ya sudah kalo kamu sakit, istirahat saja dulu. Malam ini ndak usah latihan." kata Gajah Para sambil membelai rambut Ken Endok. Hati Ken Endok pun seperti tersayat-sayat mendengar ucapan dan perlakuan sayang Gajah Para itu. Dia tarik tangan Gajah Para dan menciumnya, air matanya menetes membasahi tangan Gajah Para. "Bener Dik, aku ndak apa-apa kok. Ndak usah nangis," kata Gajah Para merasakan hangat air mata Ken Endok.

"Maafin aku ya Mas..., ampuni aku..." kata Ken Dedes disela tangisnya. Sebetulnya dia sudah ingin sekali mengaku dan membuka semua namun mulutnya seolah terkunci.

"Mas, besok ada yang mau Ibu bicarakan. Ibu mau ke sini."

"Oh..., ya sudah besok aku tak pulang cepet. Ibu mau bicara soal apa to Dik? Kenapa bukan kita saja yang sowan kesana?"

"Katanya mau bicara di rumah kita saja..."

Gajah Para menduga Ibu mertuanya paling akan membicarakan soal cucu seperti biasanya. Ken Endok dan Gajah Para pun selalu bisa kompak memberi jawaban. "Yo wis, besok kita tunggu saja. Makan siangku besok tak bawa dari pagi saja," kata Gajah Para, lalu lanjutnya, "Sudah gelap ini Dik, ayo masuk siapin masakan kiriman ibu tadi," kata Gajah Para sambil mengajak Ken Endok berdiri.

***

Keesokan harinya ternyata Ibu Ken Endok sudah datang di siang hari menjelang sore. Gajah Para belum pulang dari kebun. Ibu dan putrinya itu tampak sedang bicara serius di ruang tamu. "Kamu siapkan barang-barangmu Nduk, siapa tahu nanti suamimu langsung mengusir kita," kata Ibu Ken Endok.

"iya Bu...," Ken Endok menjawab lirih. Dia sudah tidak dapat berpikir lagi. Dia merasa seperti menunggu datangnya sebuah petaka yang akan menimpanya sore ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun