Mohon tunggu...
SAHRIL
SAHRIL Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Sebatang pena yang lahir di pulau terpencil pagerungan besar-Sumenep Madura. "Biarkan nama tercatat bukan hanya dibatu Nisan yang akan pudar oleh masa" @SahrilPGB

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kun Anta

2 April 2016   00:13 Diperbarui: 2 April 2016   03:21 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Maafkan aku!” kembali tutur Murdin membuka perbincangan.

“Maaf atas apa?” tanya Kikah keheranan.

“Maaf atas sikapku kepadamu, seakan aku tak pernah menganggapmu sebagai kekasihku. Maaf atas diri ini menghilangkan jejak tak pernah memberikanmu kabar akhir-akhir ini.”

“Sudahlah! Jadilah dirimu sendiri dalam mencintaku, jika hati berat maka tak usah kau paksakan. Lagi pula aku tak mengapa, jika kita jodoh biar Allah mempertemukan kita di pelaminan,” jawab Kikah dengan senyum. Bersambung ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun