Sesaat kemudian, dia baru sadar bahwa di tempat itulah dahulu dirinya ditangkap oleh warga. Dia mengambil buku kecil dan membukanya. Sebuah halaman bertuliskan tanggal "09-01-2010 di Masjid Jami'" menjadi pembuka bukunya yang selama ini menemaninya di penjara. Mendadak semua bayangan tentang drama penangkapannya itu terpampang jelas di hadapannya. Beberapa orang yang berlari sambil membawa golok ke tempatnya. Mereka melingkarinya dan kemudian seorang imam yang datang melerai.
"Jika kalian ingin membunuhnya, langkahi dulu mayatku." Ujar sang Imam.
Baru saja dia teringat dengan Pak Raharjo, imam masjid yang dahulu menyelamatkannya. Dimana Pak Raharjo sekarang? Dia cari lelaki itu ke tempat imam tempat biasanya pak Raharjo menunggu Isya', tidak seorangpun ada di sana.
Dia kemudian berjalan menghampiri enam orang yang berkelompok di sudut masjid. Mereka awalnya santai saat melihatnya mendekat. Tetapi setelah Nyoto mulai dekat, mereka kemudian pergi. Di jaman pandemi ini, memang tidak seorangpun diijinkan untuk bertemu atau berbicara dengan orang yang tidak jelas asal - usulnya. Nyotopun memaklumi keputusan mereka untuk menghindarinya.
" Hei, apa kalian tahu di mana Pak Raharjo?" Ucap Nyoto setengah teriak.
Mereka pergi tanpa jawab dan diiringi oleh suara seorang lelaki dari luar pintu.
"To, kamukah itu?"
Nyoto membalikkan badan dan kemudian tampak sosok tubuh kecil dengan peci hitam dan sarung warna coklat. Dialah Raharjo yang Nyoto maksudkan. Nyoto berjalan menghampirinya dan memeluknya.
"Aku belum sempat mengucapkan terima kasih."
"Tidak perlu. Rencana kamu ke mana?"
"Pulang ke rumahku Pak."