Pernyataan bahwa "olahraga itu bid'ah" lebih bertujuan agar kita tidak enteng menisbahkan atau mengait-ngaitkan suatu kegiatan dengan perintah keagamaan.
Tegasnya, kalau mau dan hobi berolahraga, silahkan saja! Tapi jangan lantas dikait-kaitkan dengan kesehatan dan/atau dijustifikasi dengan nas-nas keagamaan.
Sebab faktanya, banyak orang yang aktif beolahraga tetap saja sakit-sakitan. Demikian pula sebaliknya, banyak orang yang bahkan tidak mengenal olahraga apapun, dan alhamdulillah, sehat-sehat saja.
Sebagai catatan, olahraga pavorit saya adalah berjalan kaki. Rata-rata tiga kali seminggu berjalan kaki sejauh sekitar 3 km, baik di jalan-jalan terbuka atau di treadmill di dalam ruangan.
Sambil bercanda dengan teman-teman, saya suka bergurau begini: selain murah, berjalan kaki itu adalah "olahraganya Nabi Adam".
Kalau lagi luang dan waktunya memungkinkan, sesekali juga saya bersepeda, sendirian atau berombongan.
Namun, dan ini poinnya, saya aktif berolahraga lebih sebagai joy saja: menikmati hidup, bersenang-senang, bergembira dan berupaya agar terus berbahagia. Bahwa kemudian salah satu efek positifnya adalah sehat dan bugar, itu adalah konsekuensi logis saja atau bagian dari proses sebab-akibat.
Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 29 Mei 2024/ Â 21 Dzul-qa'dah 1445H