Maka sejak berbuka puasa di hari terakhir bulan Ramadhan (bisa 29 hari atau 30 hari), umat dianjurkan untuk mengumandangkan takbir: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar: bersujud menihilkan diri pada titik nadir, sembari mengakui dan meyakini adanya Zat yang Maha Besar dan menentukan segalanya.
Allahu Akbar: menghambakan diri hanya kepada-Nya. Bahwa di hadapan-Nya, tak ada yang setara dengan-Nya. Semua kecil bahkan tak bernilai.
Allahu Akbar: merenungkan dan menyelami bahwa segala nikmat yang diraih merlalui perantaraan makhluk lain, terjadi semata karena perkenan-Nya.
Allahu Akbar: menyadari bahwa segala takdir dan nasib adalah manifestasi dan/atau semata karena ke-Maha Besaran-Nya.
Allahu Akbar: mengakui bahwa setiap hamba tak berhak untuk angkuh atau menyombongkan setiap keunggulan lahir-batinnya.
Allahu Akbar: menegasikan nilai diri, ras dan kelompok. Sebagai makhluk, derajat semua orang dan benda setara di hadapan-Nya,
Allahu Akbar: jika Allah Maha Pengampun, maka sesungguhnya tidak akan pernah ada kesalahan antar sesama manusia yang tidak terampunkan.
Allahu Akbar: bahwa tak ada tujuan yang lebih mulia selain meraih Ridha-Nya. Dan Ridha-Nya akan menjinakkan semua jenis kebencian makhluk.
Ibnu Hazm dalam bukunya "Al-Muhalla" (Jilid-3, hlm 304) menulis: wajib hukumnya mengucapkan takbir di malam Idul Fitri.
... ...