Faktor kelima, sentuhan semesta.
Pemilu adalah peristiwa rasional dan historis yang mengikuti hukum sebab-akibat. Tapi setiap pilihan, apapun bentuknya, juga dipengaruhi pertimbangan rasa-hati-emosi.
Saya menyebutnya "sentuhan semesta". Dan karakter dasar faktor rasa-hati-emosi adalah setiap saat bisa berubah bahkan oleh hal-hal remeh-temeh.
Dan sialnya, faktor rasa-hati-emosi ini tidak bisa dihitung secara matematis. Itulah sebabnya tidak pernah muncul dalam paparan hasil survei.
Jika Anda orang beragama, faktor sentuhan semesta ini bisa diposisikan sejenis doa, yang dipanjatkan khusus kepada Zat yang Mahakuasa untuk kemenangan kandidat tertentu.
Tapi seperti dimaklumi, faktor sentuhan semesta (rasa-hati-emosi) ini pula yang biasanya menjadi ranah praktik oleh paranormal pada setiap perhelatan Pemilu.
Percaya atau tidak, ada sebuah ilustrasi menarik terkait sentuhan semesta ini. Pada suatu Pilkada di wilayah Sulawesi, sekitar 2005 atau 2006, ada dua kandidat yang bersaing ketat selama periode kampanye.
Pada setiap survei, selama tiga-empat bulan sebelum hari pencoblosan, sang petahana kandidat-X konsisten meraih suara sekiar 40 sampai 45 persen. Sementara kandidat-Y sang penentang terus menempel dengan perolehan suara sekitar 30 sampai 35 persen. Selisih suara antara keduanya sekitar 5 sampai 10 persen. Sementara sisa suara lainnya (20 persen) masih dikategorikan belum memilih (undecided voters).
Sampai hari pencoblosan, tim sukses kandidat-X masih yakin akan memenangkan pertarungan. Namun begitu quick-count diumumkan, ternyata pemenangnya adalah kandidat-Y.
Banyak orang, termasuk saya, tertarik menelusuri penyebab kemenangan kandidat-Y. Tentu saja tidak ada penjelasan rasional.
Belakangan saya memperoleh "jawaban" dari seorang paranormal. Konon beberapa hari sebelum pencoblosan, kandidat-Y menyewa beberapa paranormal.