Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menyikapi Hasil Survei Pilpres 2024 dengan Kepala Dingin

29 Desember 2023   19:46 Diperbarui: 29 Desember 2023   20:17 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: kompilasi hasil survei dari beberapa lembaga survei nasional.

Ilustrasi: kalau margin of error 5 persen, dan angka survei 10 persen, berarti 10 dikurangi 5 sama dengan 5 (10-5=5), serta 10 ditambah 5 sama dengan 15 (10+5=15), maka rentang kemungkinan salahnya adalah 5 sampai 15 persen.

Contoh lain: katakanlah margin of error sebesar 3 persen. Jika ada Paslon yang meraih suara 30 persen, maka rentang kemungkinan salahnya adalah 3 persen di bawah 30 persen, plus 3 persen di atas 30 persen, sehingga total margin of errornya sekitar 6 persen. Artinya perolehan suara yang 30 persen tersebut bisa berkurang menjadi 24 persen.

Artinya, jika Paslon-X meraih misalnya 30 persen, dan Paslon-Y memperoleh 25 persen, sementara margin of errornya sebesar 3 persen, maka selisih suara kedua Paslon itu yang sebesar 5 persen itu, masih berada dalam rentang margin of error (sebesar 6 persen).

Artinya juga, masih ada kemungkinan Paslon-X yang meraih suara 30 persen turun menjadi 24 persen, sementara suara Paslon-Y naik dari 25 menjadi 31 persen.

Tegasnya, bila selisih suara masih dalam rentang margin of error, maka kandidat yang unggul di survei tak perlu jumawa, sementara kandidat yang kalah dalam survei itu tidak perlu panik.

Faktor kedua, swing voter (pemilih mengambang)

Secara umum, swing voter (pemilih mengambang) adalah pemilih yang sebenarnya sudah menentukan pilihan pada saat survei dilaksanakan. Tetapi tetap membuka ruang untuk mengubah-menggeser pilihannya ke kandidat lain.

Umumnya, lembaga-lembaga survei memang jarang sekali mencamtumkan jumlah swing voter. Sebab untuk mengetahui jumlah swing voter, memerlukan pertanyaan lanjutan kepada responden: apakah seorang responden yang sudah menentukan pilihan itu masih mungkin mengubah pilihannya sebelum hari pencoblosan?

Dalam kajian lanjutan tentang swing voter ini, dikenal tiga kategorisasi pemilih: tipologi rasional, tipologi psikologis, dan tipologi sosiologis.

Pemilih swing voter paling besar berada di tipologi psikologis. Yakni pemilih yang gampang terpengaruh oleh dinamika kasus dan isu selama periode kampanye.

Tentu saja, swing voter juga bisa muncul di kalangan pemilih tipologi rasional, yakni pemilih yang bisa mengubah pilihannya berdasarkan pertimbangan-alasan rasonal, misalnya tentang program yang ditawarkan satu Paslon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun