Ilustrasi: bayangkan ada sebuah tong atau panci besar yang berisi kuah soto Madura. Lalu Anda mencicipi kuahnya dengan menggunakan satu sendok kecil. Jika dari cicipan sesendok kecil itu, Anda menyimpulkan rasa (taste)-nya enak, maka secara logika bisa diambil kesimpulan umum bahwa semua kuah soto di panci besar tersebut juga enak pada saat itu. Demikian pula sebaliknya.
Namun taste (rasa) kuah soto Madura di panci besar itu memang bisa mengalami perubahan rasa dalam beberapa jam kemudian atau apalagi jika sudah menginap. Kira-kira begitulah ilustrasi sebuah hasil survei.
Ilustrasi ini diperlukan agar tidak entang tergoda apalagi terpancing degan komentar para pakar dan surveyor atau politisi.
Seorang politisi pendukung Paslon-X yang kebetulan unggul di survei, pasti akan memposiskan lembaga surveinya patut dipercaya dan hasil surveinya paling benar.
Sementara politisi pendukung Paslon-Y yang kebetulan kalah di survei, cenderung akan menyalahkan lembaga surveinya sebagai survei bayaran, dan karena itu, hasil surveinya tidak bisa diterima.
Lima faktor yang berpotensi mempengaruhi hasil survei
Bahkan jika diasumsikan sebuah hasil survei dilakukan sesuai standar dan prinsip-prinsip metodologis, dan dengan demikian, hasilnya juga bisa diposisikan mewakili kebenaran faktual yang relatif, namun setiap hasil survei tetap memiliki dua kemungkinan: berpotensi mengalami perubahan pada survei berikutnya, atau hasil surveinya berbeda dengan realitas sesungguhnya.
Dalam posisinya sebagai salah satu metode perkiraan, setidaknya ada lima faktor yang berpotensi membuat hasil survei mengalami perubahan dan pergeseran, dalam pengertian hasil akhir sebuah pemilu berbeda dengan hasil survei:
Faktor pertama, margin of error (ambang batas toleransi kesalahan)
Secara teori, istilah margin of error biasa didefenisikan begini: batas kesalahan atau batas galat dalam bidang statistik, yang menunjukan besarnya kemungkinan "kesalahan" yang dapat diterima atas suatu nilai-duga sebagai konsekuensi dari ukuran cuplikan acak yang diiambil dalam suatu survei.
Terus terang, saya tidak menguasai metode statistik. Bukan juga pakar survei. Dua contoh kasus tentang margin of error berikut ini, saya sadur dari pernyataan pakar survei.