[caption caption="File pribadi"][/caption]
Keadaan ini dia membencinya, tapi
Dia menerimanya dan menakjubinya
Kebencian dan ketakjuban tampak berbaur
Tetap berharap dalam ketidakberdayaan
Â
Sembilan tahun lalu
Dia mulai memupuk harapan
Khusyu’ berdoa agar harap kelak bisa nyata
Sejak itu, harap itu tetap menyala-nyala
Â
Sampai setahun silam, keadaannya masih diharap
Sembilan bulan lalu, harap itu mulai meredup
Enam bulan silam, harap kembali menyala-nyala
Tiga bulan lalu, harap itu redup lagi
Â
Kemarin lusa, harap itu masih redup
Kemarin, keadaan kembali menyulut harapan
Hari ini, harap itu redup lagi dan makin menjauh
Lantas keadaannya nyaris tak berpengharapan
Â
Kirimi dia malaikat pendamping, yang dapat
Membantunya segera menyudahi keadaan mendua ini
Di antara lautan kebencian dan samudera ketakjuban
Dua hal yang hanya berbaur dalam keterpaksaan
Â
Dia dibisiki: keajaiban setiap saat bisa muncul
Mungkin itu yang membuatnya tetap takjub
Takjub yang terbalut kebencian
Di tengah satu harap yang timbul-tenggelam
Â
Syarifuddin Abdullah | Rabu, 12 Januari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H