Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Samudera Kebencian dan Ketakjuban

10 April 2016   21:04 Diperbarui: 10 April 2016   21:28 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="File pribadi"][/caption]

Keadaan ini dia membencinya, tapi

Dia menerimanya dan menakjubinya

Kebencian dan ketakjuban tampak berbaur

Tetap berharap dalam ketidakberdayaan

 

Sembilan tahun lalu

Dia mulai memupuk harapan

Khusyu’ berdoa agar harap kelak bisa nyata

Sejak itu, harap itu tetap menyala-nyala

 

Sampai setahun silam, keadaannya masih diharap

Sembilan bulan lalu, harap itu mulai meredup

Enam bulan silam, harap kembali menyala-nyala

Tiga bulan lalu, harap itu redup lagi

 

Kemarin lusa, harap itu masih redup

Kemarin, keadaan kembali menyulut harapan

Hari ini, harap itu redup lagi dan makin menjauh

Lantas keadaannya nyaris tak berpengharapan

 

Kirimi dia malaikat pendamping, yang dapat

Membantunya segera menyudahi keadaan mendua ini

Di antara lautan kebencian dan samudera ketakjuban

Dua hal yang hanya berbaur dalam keterpaksaan

 

Dia dibisiki: keajaiban setiap saat bisa muncul

Mungkin itu yang membuatnya tetap takjub

Takjub yang terbalut kebencian

Di tengah satu harap yang timbul-tenggelam

 

Syarifuddin Abdullah | Rabu, 12 Januari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun