"Ini mungkin terakhir saya main di mini festival Musik Kedai Pinggiran om". Jawab Wisnu datar.
"Maksudnya kamu mundur dari Alunan Nada? Atau gimana sih? Kamu jangan bercanda Wis, Alunan Nada kan sudah berkomitmen, satu personil pergi maka bubar semua. Lagi pula ide-ide kreatif kamu masih dibutuhkan, apalagi ada vokalis baru. Makin banyak yang harus dikembangkan". Seketika nada suara om Joko terdengar meninggi karena kesal.
"Kalau saya keluar, Alunan Nada jalan terus aja om, mereka pasti bakal memahami keputusan saya".
"Jodi dan Amin pasti bakal bertanya-tanya apa alasan kamu memutuskan keluar, dan sampai saat ini, Om pun gak tahu apa alasan kamu keluar". Ujar Om Joko sambil berjalan kearah dapur mematikan kompor karena ketel diatasnya mulai berteriak sangat kencang menandakan suhu air didalam ketel sudah berada pada titik didih maksimal.
"Mending kamu pikirkan dulu, kalau ada masalah dibicarakan. Selama ini kamu yang paling rasional dalam menyikapi sebuah masalah, tapi kok sekarang kamu malah terlihat tidak rasional, terkesan baper dan penjelasan itu lohh, Nggak jelas blass.. ". Om Joko ceramahi Wisnu sambil tangan kanannya perlahan menuangkan air panas tadi kedalam thermos besar.
"Jadi menurut om.." Sambil keluar dari dapur kembali mendekat ke lokasi duduk Wisnu.
"Lohhh Wis.... Wisnu..!?"
"Kemana nih anak, kok tiba-tiba ngilang". Om Joko keheranan, sambil memandangi es teh manis yang belum tersentuh, bulir-bulir es disisi gelas turun membasahi meja kayu yang sudah waktunya untuk dicat ulang kembali.
Beberapa saat kemudian muncul Jodi dan Amin bersamaan dari arah depan kedai. Nampak berdua sangat enjoy dan tertawa ringan sambil bertukar cerita satu sama lain, layaknya sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
"Kalian lihat Wisnu di depan?" Tanya Om Joko.
"Wisnu..?, Gak ada om, biasanya dia paling mepet datengnya kan". Ujar Jodi