Om Joko terdiam cukup lama, menghitung semua kemungkinan. Pada dasarnya konsep bisnis kedai ini memang disediakan untuk tempat kongkow, keuntungan yang diambilnya tidak terlalu banyak, hanya bisa menutup operasional kedai saja sudah bagus.
Om Joko paham betul, membuka usaha kedai di sebuah kecamatan kecil di utara Malang bukanlah bisnis yang bisa menjanjikan keuntungan berlipat. Beruntung lahan kedai masih milik keluarga, jadi tidak perlu terbebani bayar sewa.
Niat Om Joko hanya ingin memberikan tempat nongkrong anak-anak muda, ketimbang mereka kumpul di pojokan rumah tua yang gelap sambil menenggak minuman keras. Atau pergi ke wilayah Kota hanya untuk melampiaskan hasrat hedonisme mereka.
Dengan bermodal uang pensiun, Om Joko sedikit demi sedikit membenahi kedai itu, mulau dengan mendesain tembok dengan warna pop art cerah dilengkapi banyak kursi dan meja. Live music dengan sound minimalis setiap weekend dipersiapkan untuk menghibur pengunjung. Entah dengan kualitas sound yang seada, live music itu memang menghibur atau malah mengganggu.
Tidak lupa colokan listrik disetiap sudut ruangan, hal wajib di era digital. Dan terbukti, kedainya Om Joko selalu ada saja pengunjung walau hanya sekedar memesan wedang jahe satu gelas tapi duduknya berjam-jam.
Dan om Joko tidak mempermasalahkan hal itu. Setelah anak-anaknya bisa mandiri, Om Joko dan istri memang memutuskan kembali ke desa dan ingin menikmati hidup jauh dari keriuhan dan dunia yang penuh target. Saatnya untuk menikmati hidup dengan istri tercinta, sementara anak-anak biarkan berkelana.
"Oke, kita coba bikin, namanya mini festival Musik Kedai Pinggiran, tapi untuk besok siapa saja yang perform?" Om Joko menyetujui ide Amin dan 2 temannya sambil memberikan sebuah keraguan siapa saja yang bakal tampil.
Sejak 3 bulan terakhir, Amin dan 2 temannya memang sudah sering berlatih dan mengisi di kedai om Joko setiap akhir minggu, jadi om Joko sudah tidak ragu dengan kemampuan mereka. Tapi bagaimana yang lain?
"Jangan takut om, kita udah kontak temen-temen dan sudah ada 5 band yang bersedia untuk main besok hari. Pokoknya percaya sama kami" Ujar Amin dengan sumringah.
Sejujurnya om Joko sudah bisa melihat potensi 3 anak muda ini, mereka satu sekolah dan punya semangat bermusik yang luar biasa. Karena tanpa semangat kuat, bermain musik di kota kecil ini hanya menjadi angin lalu.
Tapi tidak dengan mereka, sejak bertemu di SMA, mereka sepakat membuat Band bergenre pop rock dengan nama Alunan Nada.