Sampai beberapa waktu Kusno terdiam, tiada tanda yang menunjukkan pergerakan mereka yang menghadang. Tetap menunggu. Sesekali tampak saling menengok. Sepertinya masing-masing tengah membaca pikiran pihak lain. Seperti komandan pasukan yang tengah menyiapkan strategi menghadapi musuh. Ia pikirkan kemungkinan tindakan yang dilakukan pihak musuh saat menghadapi serangan. Mencari kemungkinan yang paling mungkin.
Entah kenapa, kesenyapan pada siang hari itu bisa dipecahkan oleh Kusno. Ia angkat tangan kanannya. Melambaikan ke kiri dan kanan. Hatinya berkata,"Hai......" Terlihat dari kejauhan, orang-orang lantas saling berpandangan.
"Semoga mereka tahu maksud saya" ia bergumam. Kusno heran, kenapa tangannya seketika itu diangkatnya. Entah dorongan darimana. Tuhan? Yang pasti, gerakan tangannya memecahkan kebekuan.
Turunlah Kusno dari sepeda dan menepikannya di sisi kiri jalan itu. Tas diturunkan, lantas ditarik resletingnya. Dikeluarkan semua yang ada di dalamnya. Ia tunjukkan satu demi satu dari kejauhan. Hingga semua barang berada di tanah. Tercecer! Tas besar kosong itu ia lempar jauh-jauh ke depannya. Sejauh mendekati sepuluh meter.
Yang ia ingin kabarkan kepada  mereka: sudah aku keluarkan semuanya! Apa mau kalian?
Tak sampai di situ. Ia lukar kaos yang dikenakan. Ia lempar juga. Ia turunkan celana panjangnya, hingga paha, lutut dan betisnya telanjang. Ia lempar lagi ke arah dua benda yang sudah melayang sebelumnya. Kini, hanya celana pendek yang melekat pada tubuhnya.
Tampaknya mereka mulai berembug. Memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Hanya dua hingga empat orang yang siaga. Tetap dengan parang yang tergenggam kuat.
Kusno terbelalak. Mereka serombongan mendekatinya.
Tidak banyak yang bisa dilakukan dalam situasi ini. Menunggu saja. Apapun yang terjadi. Mau apa lagi. Satu banding dua puluh lima orang! Di tanah yang ia sendiri masih asing. Mau berlindung ke mana?
Lima belas meter lagi. Mereka makin mendekat. Degub jantung Kusno terasa keras. Keringat dinginnya mulai mengalir. Takut.
Kini, mereka sudah melewati tas besar yang tadi Kusno lempar. Kaos dan juga celana panjangnya. Tak satu pun yang menginjak ketiga barang miliknya. Beberapa pasang mata memandangi tas besar blue jean yang terkulai di tengah jalan.