Siang itu, aku memburu Ruang Asoka. Katanya dia dirawat di sana sejak dua hari kemarin. Aku tersentak sepulang dari ibukota, tetangga memberi kabar: Kusno masuk rumah sakit lagi.
Seminggu lalu, ia baru pulang dari perawatan. Aku sempat menengoknya di rumah sakit swasta, sebelum keberangkatanku itu. Beda dengan yang sekarang, kini ia mondok di rumah sakit negeri yang fasilitasnya lebih lengkap.
“Dia di ruang isolasi. Bapak ke selatan, terus ke kiri sedikit. Di situ,” jawab seorang perempuan berseragam putih di ruang perawat, setelah aku tanyakan ruang rawat Kusno.
Istri Kusno melihatku, kemudian menahan untuk berhenti sejenak. “Pakai masker dulu, Mas.”
Aku mulai nggeh. Ini ruang Isolasi. Sakit apakah gerangan temanku ini? Bukankah kemarin dokter mengizinkan pulang dari rawat inap?
Kusno menatapku ketika aku menghampiri sisi kanannya berbaring. Ia berusaha mengangkat badan. Tapi tak mampu. Tiduran saja, kataku padanya.
“Kamu baru pulang kuliah?” tanyanya.
Kuliah? Aku membatin, juga heran. Bercanda orang ini, pikirku.
“Sengaja ke sini. Besuk kamu.”
“Besuk?”
Aku mulai curiga, saat tak lama kemudian, dia bertanya pada istrinya,”Siapa anak yang berada di sebelahnya?”