Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Sekarung Senja untuk Is

29 Juni 2016   07:30 Diperbarui: 22 Agustus 2017   12:33 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: finheaven.com

Satu per satu yang datang mengambil langkah mundur dan menghilang dari pelataran. Hingga tinggal kami bertiga di depan rumah.

“Untuk apa kamu bawa sampah ini ke mari, Ngatijan!” namaku disebutnya.

“Ini senja. Senja untuk Is,” jawabku.

“Senja?” ia berkacak pinggang. “Senja tak bisa membiayai hidup berumah tangga!”

Aku berusaha membela diri. “Tapi bagi kami, senja memberi kami semangat hidup.”

“Weleh…… weleh...! Mmm.... mmm... mmm.  Anak muda!”

“Bapak boleh saja tak sejalan. Tapi tanyakan saja pada Is, bagaimana perasaannya hari ini.”

Lelaki tua ayah Is itu terperanjat dengan perkataanku. “Kutu kupreeeet..!!!”

“Bapak, seumur hidup baru kali ini aku bisa menikmati senja sedekat ini. Dan ini kebahagiaan yang tak bisa dibilang. Bukankah Bapak tak sekalipun pernah menghadiahiku yang seperti ini?” ujar Is tiba-tiba, yang membuatku terkesiap karena ia bermaksud membela kehadiranku dan juga pemberianku. “Ia pernah berucap ingin memberiku senja. Dan hari ini senja itu datang tiba-tiba dalam sebuah karung. Aku merasakan kebahagiaan yang berlebih. Ia lelaki penuh pesona. Lelaki yang bisa memberi kejutan.”

“Kamu masih waras Is, anakku?”

“Masih, Pak.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun