Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: 1 Januari dan Satu Cerita Tersisa

2 Januari 2016   07:13 Diperbarui: 3 Januari 2016   14:05 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan sudah menjadi jamak adanya di pusat-pusat kota, detik-detik pergantian tahun dirayakan secara gempita. Maka, tatkala mendengar di alun-alun kabupaten akan dipertontonkan kembang api menyambut tahun baru, perempuan desa itu mendekati suami pada siang, hari terakhir bulan Desember itu.

“Kang, sekali ini kita jangan di rumah. Katanya akan ada kembang api di alun-alun pas malam tahun baru.”

“Ah, enak tiduran di rumah,” tukas lelaki suami perempuan itu.

“Sekali-sekali, Kang. Orang-orang pada bercerita mau ke sana. Nonton.”

Jumali menatap datar wajah istrinya. “Naik apa ke sana malam-malam?”

Karsiem, perempuan itu, langsung menyambar pertanyaan tadi. “Ya, naik sepedalah!”

“Edan!”

“Memang!”

“Kamu sih enak, mbonceng. Aku di depan, mandi keringat, ngonthel sebelas kilo!”

“Kapan lagi, Kang. Mumpung. Mumpung belum punya anak. Kita bisa cerita ke anak kita kelak, kita pernah malam tahun baruan di alun-alun. Lihat kembang api.”

Jumali melihat semangat istrinya. Geloranya memancar ke seisi rumah reotnya, seakan menutupi lubang-lubang tikus pada dinding anyaman bambu rumah mereka. Dan menggeser genting lapuk yang kerap tampias terkena jatuhan hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun