“Ini.” Munisai meletakkan sesuatu di telapak tangan Bennosuke. Sebuah koin – uang logam dengan lubang berbentuk segi empat di tengah-tengahnya.
“Perlihatkan kalau kamu memang cepat.”
“Maksud Ayah?”
“Aku ingin mengetahui kecepatan gerakan tanganmu, apakah bisa mengalahkan kecepatan tanganku.”
Bennosuke bengong. Tidak mungkin kan? Aku tidak mungkin bisa bergerak lebih cepat dari Ayah.
“Siapa yang lebih cepat, kamu menutup tanganmu dengan menggenggam koin di dalamnya atau aku mengambil koin dari telapak tanganmu sebelum kamu sempat menutupnya,” kata Munisai tersenyum. Bennosuke merasakan senyum itu seperti senyum yang meremehkan.
Tetapi bagi Bennosuke, apa yang dikatakan Munisai kedengarannya mudah sekali.
Tentu saja menutup tangan sendiri jauh lebih mudah dan lebih cepat daripada mengambil koin dari tangan orang lain!
“Kalau kau bisa mempertahankan koin itu sekali saja, kau kuanggap sudah sepadan dengan keempat orang muridku ‘yang itu’.”
Yang dimaksud oleh Munisai dengan keempat orang murid ‘yang itu’ adalah mereka yang kerap dikritik oleh Bennosuke di hadapan Dorin.
Bennosuke menahan senyum lalu menganggukkan kepalanya. Setuju!