Ternyata dalam sepuluh kali kesempatan, koin tersebut selalu berhasil diambil oleh Munisai.
Yang benar saja!
Bennosuke mengeluh. Setiap kali ia menutup tangannya, dan kemudian membukanya kembali untuk melihat apakah koin tersebut berhasil ia genggam, ia hanya menemukan telapak tangan yang kosong – terbuka namun tidak ada sesuatu pun di atasnya. Jangankan berusaha menutup telapak tangannya dengan cepat …
Bahkan melihat gerakan tangan Ayah pun aku tak mampu!
“Murid-murid Ayah itu … apakah mereka mampu …” Bennosuke bertanya – penasaran.
Munisai menatap putranya itu dengan pandangan heran.
“Tentu saja tidak. Tak ada seorang pun yang pernah berhasil mencegahku mengambil koin dari tangan mereka.”
Bennosuke menunduk dengan dongkol.
Bilang dong dari tadi!
“Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang melakukan apa yang kamu lakukan.” Munisai berkata sambil menatap tajam ke arah Bennosuke. “Mereka tidak membicarakan kelemahan orang lain di belakang punggungnya.”
Bennosuke terkejut. Aku tidak pernah bermaksud membicarakan kelemahan orang lain di belakang punggungnya!