Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (16)

3 Mei 2016   23:05 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku memang pernah mengatakannya pada Paman Dorin kalau aku mampu mengalahkan beberapa orang dari murid-murid Ayah. Tetapi tidak sekarang, tidak hari ini, bahkan mungkin juga tidak tahun depan.

Bennosuke tidak bisa melaksanakan keinginan ayahnya.

Aku pasti kalah. Mau dilihat dari sisi apa pun – teknik berpedang, kecepatan, tenaga, apalagi jangkauan, aku pasti kalah jika aku benar-benar harus bertarung dengan salah seorang dari mereka.

Tetapi … bagaimana jika aku menang? Aku adalah putra Ayah, jadi tidak mengherankan jika mereka akan merasa sungkan ketika berduel denganku …

Ah, tidak, tidak mungkin. Aku yang sekarang masih terlalu lemah, terlalu kecil, dan terlalu pendek untuk menjadi lawan mereka. Biarpun mereka tidak mengeluarkan seluruh kemampuan mereka, aku yang sekarang tetap tidak akan mampu mengalahkan seorang pun dari empat orang murid ‘yang itu’.

Seperti mampu membaca pikiran Bennosuke, Munisai tahu putranya tidak ingin bertarung melawan salah seorang pun dari murid-muridnya – termasuk empat orang muridnya ‘yang itu’.

Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan perkataannya.

“Bennosuke, melihat dan mengamati tidak sama dengan menjalaninya sendiri. Mungkin menurutmu mudah mengalahkan seseorang ketika kau melihat dia bertarung dengan lawannya. Kamu bisa menemukan banyak kelemahan yang ada pada dirinya saat itu. Karena kamu bisa melihat apa yang tidak bisa dia lihat.”

Bennosuke menundukkan kepalanya dan terus mendengarkan.

“Bertarung dengan murid-muridku yang terlatih menggunakan pedang berbeda sekali dengan apa yang kaulakukan terhadap Madajiro. Dia tidak menguasai teknik bertarung yang benar – bahkan teknik bertarung dengan tangan kosong sekalipun.” Munisai berdiam sejenak. “Ya, aku tahu kamu memahami situasi yang dihadapi seseorang saat bertarung sungguhan tentu sangat berbeda dengan situasi saat bertarung dalam latihan. Kemenanganmu atas Madajiro memang sesuatu yang di luar dugaan, tetapi tetap saja bukan sesuatu yang patut kau banggakan.”

Bennosuke memang tidak merasa ada hal yang luar biasa dalam pertarungannya dengan Madajiro karena saat itu ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun