“Terus?” Bennosuke menatap pamannya dengan curiga. Biasanya kan setiap pagi memang ada pelajaran membaca dan menulis. Apanya yang kebetulan?
“Kamu kan belum pernah menulis huruf kanji teru teru bozu, jadi besok kamu akan menuliskannya sebanyak dua ratus kali!”
“Hah? Lha, kok?” Bennosuke bermaksud memprotes.
“Tidak ada ‘Hah? Lha, kok?’,” kata Dorin tegas. “Pokoknya besok harus kamu kerjakan!”
Sekarang Dorin yang cengengesan – senang, dan Bennosuke yang merengut.
Mukanya merengut, hatinya meradang.
Walaupun Dorin menampakkan wajah yang ceria dan nada bicaranya penuh semangat, apa yang ada di dalam hatinya berbeda.
Aku belum bisa mengatakannya. Apa yang akan dipikirkan anak ini jika dia tahu ayahnya menginginkannya keluar dari rumah ini?
Bagian (20), (19), (18), (17), (16), (15), (14), (13), (12), (11) dan sebelumnya