Sisy memutuskan untuk berdiam diri. Biarlah mereka mengira aku sedang pingsan. Sementara itu dia terus menajamkan pendengarannya.
Pada waktu yang bersamaan, Irma sedang mencari-cari sahabatnya. Dia kehilangan Sisy. Sekarang Irma sudah berada di ruangan di mana lemari itu berada. Lemari tempat Sisy terkurung.
“Sisy?” Irma memanggil dengan sedikit berbisik. Ruangan itu tidak memiliki penerangan. Tidak ada lampu dan listrik. Irma hanya mengandalkan cahaya matahari yang menerobos dari sela-sela daun jendela yang tertutup.
Sisy terkejut mendengar suara Irma. Saking kagetnya tanpa sengaja dia mendorong kakinya ke depan hingga membentur dinding bagian dalam lemari.
“GUBRAK!”
Irma mendengar suara benturan itu.
Ada seseorang di dalam lemari! Irma bergerak mendekati lemari itu.
“Sisy?” panggilnya lagi – masih dengan suara perlahan.
Di dalam lemari, Sisy yang merasa lega karena Irma telah ada di dekatnya, berteriak-teriak memanggil sahabatnya itu.
“Irma! Irma! Tolongin aku!” teriaknya sambil menghentak-hentakkan kakinya ke dasar lemari dan menyorongkannya ke depan hingga kedua kakinya mengenai sisi samping bagian dalam lemari.
Irma yang mendengar suara ribut itu menjadi ketakutan tetapi dia terus mendekati lemari.