Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Flower Fairy

12 Desember 2024   20:15 Diperbarui: 12 Desember 2024   20:07 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda tersebut mendecak kesal. "Baru 'aja duduk, sudah kena roasting. Salah ya, aku duduk di sini?" cerocosnya yang ditanggapi dengan cengiran singkat dari si gadis, menahan tawa. "Btw, aku boleh minta biskuitnya?" sambungnya yang diperbolehkan oleh gadis yang masih asyik membaca buku.

Tiba di halaman terakhir, dia menutup bukunya dan meletakkan di sampingnya persis. Setelah itu dia merenung sebentar karena masih terngiang-ngiang seluruh alur cerita di novel yang baru saja dibacanya. Dia kagum dengan cara sang penulis membangun dunia cerita yang seakan-akan nyata dan ada di dunia ini. Melihat kelakuan aneh yang selalu dilakukan oleh si gadis setiap kali habis membaca sebuah cerita yang berkesan baginya, pemuda tersebut juga berhasil membawanya keluar dari dunia khayalannya. "Nggak usah terlalu berkhayal, Ocha. Cuma karangan fiksi aja kamu sampai segitunya," ujar pemuda dengan enteng.

Ocha, adik dari pemuda tersebut kini yang giliran mendecak kesal mendengarnya. "Eh, bisa nggak 'sih? Kak Darwis jangan ganggu aku dulu yang lagi meresapi seluruh alur cerita yang baru aja aku baca, ih," katanya kesal kepada kakaknya, lalu dia mencubit lengannya dengan gemas.

Darwis, yang lengannya dicubit hanya bisa mengadu kesakitan tanpa diidahkan oleh adiknya. Dia tersenyum penuh kemenangan karena merasa berhasil membalas ucapan adiknya tadi lalu kembali memakan biskuit yang diambilnya dari toples yang berisikan penuh dengan setumpuk biskuit coklat.

Lengang. Mereka menikmati keheningan yang sedang terjadi. Mereka tidak mau berbicara sampai tiba-tiba Ocha kentut dengan cukup keras dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. "Heh, kentut sembarangan! Mana bau lagi!" protes Darwis sambil menutup hidung. Sedangkan Ocha hanya tertawa keras sampai dia telentang di atas lantai.

Tidak lama kemudian, sebuah lubang portal yang mengeluarkan cahaya warna biru muncul di bawah pohon mangga. Darwis yang melihatnya sontak terkejut, dia menyuruh adiknya untuk berhenti tertawa dan Ocha menurut. Tawanya berhenti ketika melihat pemandangan yang sama dengan kakaknya. Kemudian, seorang wanita cantik keluar dari portal tersebut dan tergeletak tidak berdaya. Darwis dan Ocha segera menghampiri wanita tersebut dan melihat sekujur tubuhnya yang penuh dengan luka serta pakaiannya yang compang-camping. Ocha yang takut dengan darah, sontak dia hendak muntah dan hampir pingsan di tempat jika Darwis tidak sigap menahan tubuhnya. "Kamu enggak papa, Cha?" tanya Darwis dengan khawatir. Ocha hanya mengangguk kepala dengan lemas lalu dia berusaha berdiri seperti biasa.

Tanpa berpikir panjang, Darwis menggendong tubuh wanita tersebut dan membawanya ke dalam kamar khusus untuk tamu. Dengan perlahan, dia membaringkan tubuhnya dengan hati-hati, lalu meminta Ocha untuk membawa kotak P3K yang segera dituruti olehnya. Darwis yang dibantu oleh Ocha, mulai membersihkan luka-luka yang ada dan baru mulai membalutnya dengan kain kasa serta perban yang masih bersih. Mereka berdua mantan anggota PMR sehingga mereka tahu dasar-dasar penanganan pertama dengan tepat dan benar.

Setelahnya, mereka membiarkan wanita tersebut berisitirahat untuk sementara waktu. Bersamaan dengan suara rintikan hujan deras yang beradu dengan genteng rumah. Berharap wanita tersebut lekas pulih dan bisa menceritakan dari mana dia berasal.

                                                                                                                           ~~~~~

Matahari pagi mulai menyapa seluruh warga bumi dengan sinarnya yang hangat. Termasuk Violet yang baru saja sadar. Sinar matahari yang memaksa masuk melalui jendela kamar, berhasil membuat dia membuka matanya dan bergumam, "Ini ... di mana?," sambil susah payah berusaha untuk duduk. Dia memandangi seisi kamar yang terasa asing baginya. Begitu melihat lengan dan kakinya yang terbungkus perban, dia mulai mengingat dirinya yang dibawa ke sisi jurang oleh Zaburo. Setelah itu, dia teringat jika dia berada di dalam portal dan mulai tak sadarkan diri saat dua orang, seorang pemuda dan gadis menghampirinya.

Tidak lama kemudian, tercium aroma masakan yang terasa menggoda dan berhasil membuat perutnya mendadak berbunyi setelah tiga hari tidak makan apapun, membuyarkan pikirannya yang sedang kacau. Di saat yang bersamaan, Uci bersama Darwis sedang membuat sarapan di ruang dapur. Mereka begitu lihai dalam memotong, menggoreng dan menyajikan masakan dengan lauk-pauk seadanya yang tersedia di sana. Ada nasi goreng, sop daging sapi, buah-buahan dan teh hangat sebagai pelengkap. "Oh, iya. Gimana keadaan si mbak-nya? Mau dilihat dulu?" Ocha membuka obrolan setelah sibuk memasak sarapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun