"Gila lu, Pak!" seruku melepaskan diri dari cengkeramannya dan berlari tunggang-langgang. "Gue nggak mau ke kantor ini lagi, nggak peduli ada apa. Pokoknya nggak!"
Pak Ali hanya terkekeh. Dan tepat sebelum aku meninggalkan tempat itu, sayup aku mendengar jerit ketakutan temanku Asep.
-Jakarta, 17 April 2015-
Catatan penulis :
Cerita ini diilhami kisah turun-temurun yang dituturkan seorang teman saya. Dia bercerita bahwa daerah tempat tinggalnya dulu (ratusan tahun lalu) merupakan tanah milik seorang meneer asal Belanda. Semasa hidupnya, tuan meneer ini punya kegiatan rutin diantaranya bersepeda pagi-pagi mengelilingi tanahnya. Setelah kematiannya, penduduk sekitar mengaku terkadang mendengar bel dari sepeda tuan meneer tersebut, beberapa bahkan mendengar tuan meneer berbicara pada pekerja-pekerjanya. Hal tersebut terjadi berulang-ulang.
Pada akhirnya, hal tersebut menjadi lazim dan dianggap biasa oleh masyarakat sekitar hingga turun-temurun.
Teman saya mengemukakan teori bahwa daerah tempat tinggalnya merupakan salah satu titik persinggungan antara masa kini dan masa lalu sehingga apa yang sebetulnya dilihat dan didengar oleh masyarakat sekitar situ adalah benar kehidupannya sang meneer yang pada saat bersamaan sedang menjalani hidupnya seperti biasa - belum mati.
Sementara saya berpendapat bahwa alam semesta atau lebih tepatnya lingkungan sekitar kita mempunyai kemampuan merekam peristiwa yang terjadi di sekitarnya untuk kemudian diputar kembali, itu sebabnya kenapa fenomena penampakan biasanya berupa pengulangan peristiwa yang sama, dan itu sebabnya kenapa banyak penampakan terjadi di tempat-tempat yang terdapat pohon atau bangunan tua, dsb karena pohon atau bangunan tua itu 'menyimpan' apa yang sudah dia rekam.
Sila sharing jika punya pendapat lain.
Cerita Tengah Malam #3 Sumber gambar : behance.net Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H