"Ketemu ya?" tanyanya santai sembari memperlihatkan ekspresi yang buatku luar biasa mengesalkan.
Akupun kembali memakinya dengan sejuta sumpah serapah, namun dia kemudian memberi tanda dengan kepalanya agar aku melihat ke arah yang ditunjukannya, tepat di belakangku. Aku terkesiap, menggeleng, dan ketakutan.
Liat! Nggak apa-apa, Pak Ali memberi isyarat.
Aku menggeleng.
Liat aja!
Masih dengan wajahnya, pak Ali meyakinkanku bahwa tidak ada yang perlu dikuatirkan. Dengan takut-takut aku pun menoleh ke belakang. Aku hanya melihat kelebatan bayangan yang bergerak ke atas menaiki tangga, kali ini tak ada suara. Hening. Aku bermaksud lari tapi tangan pak Ali menahanku.
"Tunggu sebentar lagi," katanya kemudian menghitung, "satu... dua... tiga!"
Aku terlompat! Tepat pada saat itu aku mendengar jeritan yang disusul dengan tangisan seorang wanita. Sayup aku menangkap beberapa kata dalam bahasa China.
"Selalu seperti ini," kata pak Ali. "Selalu seperti ini berulang-ulang, saya sudah hafal. Jadinya seperti ngeliat film."
Penjaga kantor ini kemudian menatapku,
"Yang nangis itu ibunya. Dia nangis liat anaknya bunuh diri. Anaknya yang pake baju merah itu, kamu pasti sudah ketemu dia tadi.  Nah, sekarang, mau liat ke atas?" tanyanya menyeringai sambil tangannya tetap mencengkeram tanganku.