"Kita ngobrol di bawah? Di sini kotor soalnya."
"Nggak masalah sih ngobrol di mana, tapi di sini aja deh," sahut Ami cepat. "Kita ngobrol sembari kamu beres-beres."
Gadis itu kemudian duduk di depan pintu,
"Aku juga iseng ke sini soalnya nggak ada kegiatan di rumah. Maaf ya nggak ngasih tau dulu."
Angga tertawa mendengar perkataan Ami barusan,
"Kita yang biasa bangun pagi trus pergi ke sekolah malah jadi bingung begitu lulus ya," ujarnya seraya melempar sebuah buku tulis yang halamannya sudah terisi penuh. "Aku juga. Senengnya ngerasain lulus cuma sehari-dua hari, ngerasa bebas bisa bangun siang dan nggak ngapa-ngapain seharian. Tapi habis itu aku bosen."
"Bohong, kamu," Ami kembali tersenyum, "kamu 'kan ada Nay, bisa telpon-telponan sama dia."
"Hahah, iya juga sih, tapi lebih banyak dia yang nelpon aku," Angga meringis. “Pasti dia yang lebih banyak kangen ke aku.”
"Ih, sombongnya. Aku bilangin Nay lho biar dia berhenti nelpon kamu."
"Bukan sombong, emang faktanya kok."
"Beneran lho aku telpon dia," ujar Ami sembari mengambil ponselnya bermaksud menelepon Nay sementara Angga hanya senyum-senyum. Beberapa detik kemudian, raut wajah Ami berubah nakal. "Kamu selamet, handphonenya nggak aktif."