“Begitukah?” Adeline mengambil smartphone-nya dan menyodorkannya padaku. “Sultan, kamu liat baik-baik semua foto dan video yang ada di situ.”
Tubuhku bergetar menahan marah. Akupun membanting smartphone Adeline, namun ia hanya tertawa.
“Percuma kamu lakukan itu. Aku sudah punya banyak kopiannya dan disimpan di tempat yang kamu nggak akan duga. Aku menitipkannya pada orang yang sangat kupercaya.”
Aku menggeram.
* * *
3 bulan lalu… Seseorang bernama Ryan menemuiku dan memperlihatkan foto dan video yang sama seperti yang tersimpan di smartphone Adeline. Ryan juga mengaku bahwa hanya dia satu-satunya yang diberi kepercayaan oleh Adeline untuk membocorkan rahasia itu ke publik seandainya terjadi apa-apa pada Adeline. Aku tersenyum sinis.
Orang kepercayaan ya?
Adeline, malang sekali. Orang kepercayaanmu akan mengkhianatimu…
“Sebutkan harga yang Anda minta, saudara Ryan.”
Ryan menulis sebaris angka di secarik kertas.
Kurang ajar! batinku kala melihat angka yang dia sodorkan, namun aku mencoba tetap tersenyum. “Kapan butuhnya?”