Tante Dian kemudian menoleh pada Lia dan menepuk punggung tangan gadis tersebut,
“Kamu juga sih nggak ngingetin Tante.”
Lia tertawa. Cantik.
Tante Dian memandang padaku.
“Faiz, sebelumnya Tante minta maaf…”
Aku heran.
Minta maaf? Kenapa? Ada apa?
(Bersambung)
Catatan Penulis :
Yang khas dari RS Dustira adalah tulisan "Anno 1887" itu, entah sekarang masih ada atau nggak. Menulis chapter ini membawa kenangan ke masa kecil saat penulis dan teman-teman (waktu itu masih SD) sering mencegat kendaraan bak terbuka yang lewat ketika pulang sekolah. Ya, kami pulang ke rumah dengan cara 'nebeng' hehehe...
Faiz & Aida #5 : Perjumpaan di Kereta | Faiz & Aida #1 : Kenangan di Kota Kecil
[1] A atau Aa (Sunda) : sapaan kepada kakak laki-laki, mungkin bisa disamakan dengan "Mas" di Jawa atau "Abang" di Betawi.
Sumber gambar : tampak depan RS Dustira, Cimahi. Gambar diambil dari laman disparbud.jabarprov.go.id
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H