Aku menekan bel sekali lagi dan menunggu.
Masih belum ada tanda-tanda dari dalam rumah.
Apa nggak ada orang di rumah?
Aku mulai tidak tenang.
Gimana nih?
Dengan putus asa, aku mencoba menekan bel sekali lagi.
Hatiku berdebar.
Aku nggak mau sia-sia datang ke sini...
Namun pintu masih tertutup rapat.
Aku mengangkat bahu. Pasrah.
Yah sudahlah. Aku bisa ke sini lain kali. Minimal aku sudah tahu alamatnya...
Meski kecewa, saat ini aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku berbalik dan bermaksud meninggalkan tempat tersebut.
Namun tepat pada saat itu aku mendengar suara pintu dibuka diikuti kemunculan seorang gadis cantik dengan rambut diikat dan digulung ke atas yang pasti memperlihatkan tengkuk indahnya. Kecantikan khas seorang gadis tanah Sunda. Aku terpesona melihatnya.
Aida?“Cari siapa, A?” tanya gadis tersebut. [1]
Bukan! Bukan Aida!