Aku menunjukkan kertas yang diberikan Om Wid pada gadis tersebut,
“Alamat ini bener di sini?”
Ia sejenak membaca alamat yang tertera dan mengangguk.
Syukurlah! Sekarang pertanyaan kedua...“Hm... apa bener Aida tinggal di sini?”
Mendengar pertanyaanku barusan, gadis cantik yang saat ini mengenakan kaos merah dengan batas lengan di bawah ketiak dan celana sebatas paha berbahan jeans itu memandangku penuh tanya.
“Aa siapanya?”
Dalam hati aku merasa lega. Pertanyaan tadi semakin menegaskan bahwa aku tidak salah alamat.
“Saya Faiz dari Tegal. Saya kenal Aida dari teman saya di kampung, namanya Mina,” jawabku.
Mendengar nama ‘Mina’, wajah sang gadis berubah cerah. Dia hendak mengatakan sesuatu ketika terdengar suara dari dalam rumah,
“Lia, siapa itu?”
Gadis yang ternyata bernama Lia itu tersenyum dan memintaku menunggu di teras.
“Sebentar ya,” ujarnya kemudian bergegas masuk ke dalam rumah.
* * *
“Faiz, apa kabar? Gimana kabar Mina?”
Aku sudah berada di dalam rumah. Rupanya Lia tadi memanggil Tante Dian - mamanya Aida - istri Om Wid. Beruntung Tante Dian masih mengenaliku padahal kami sudah lama tak berjumpa.
“Baik, Tante. Tante sendiri gimana kabarnya?” aku balik bertanya.
Tante Dian tertawa ramah. Tubuhnya sekarang agak kurus, jauh berbeda dengan ingatanku dulu tentang beliau.
“Seperti yang kamu liat, Tante sekarang lagi diet makanya nggak segemuk dulu hahaha...”
Tante masih ceria seperti dulu, pikirku lega.
“Tapi Tante nggak nyangka kamu bisa ke sini,” ujar Tante Dian, “Apa Mina atau orangtuanya yang ngasih tau?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!