Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Cinta #8: Tara Kissa Nayra

30 September 2014   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:58 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* * *

SMU Negeri 13...

Tepat saat Angga memasuki gerbang sekolah, bel masuk berbunyi.

“Fyuuh... Untuuung masih keburu...” desis Angga dengan peluh yang bercucuran di sekujur tubuhnya.


Angga sendiri sebenarnya tidak peduli seandainya ia terlambat masuk sekolah.  Sudah beberapa kali ia merasakan ‘nikmatnya’ terlambat.

Aturan yang berlaku di sekolahnya adalah ketika bel masuk berbunyi, gerbang akan ditutup.  Siswa yang terlambat akan didata oleh Mas Paijo namun tidak diperkenankan masuk area sekolah hingga jam pelajaran pertama berakhir.  Kesempatan ini biasanya malah dipergunakan sebagian siswa yang terlambat untuk mengisi perut sambil menyiapkan diri untuk - istilah mereka - dibantai oleh Guru Konseling Super Killer Ibu Ida.

Di jam kedua, siswa yang terlambat diharuskan masuk ‘Ruang Pembantaian’, ini lagi-lagi merupakan istilah yang digunakan para siswa untuk menyebut Ruang Konseling.  Di ruang itulah, mereka-mereka yang terlambat akan mendapat pelajaran disiplin dari Ibu Ida - selama jam pelajaran kedua.  Ibu Ida yang terkenal tegas akan menggunakan kesempatan itu untuk memeriksa semuanya dari siswa yang terlambat; kepatuhan berseragam, cara berpakaian, potongan rambut, isi tas, termasuk isi ponsel.  Jika ada hal yang menyalahi aturan, guru konseling tersebut tak segan untuk mengirimkan surat pemanggilan pada orangtua.

Orangtua Angga sendiri pernah dipanggil ke sekolah gara-gara pemuda itu kedapatan membawa komik.

Yah, aku sih masa bodo, tapi kasian kalo Nay sampe dibantai sama bu Ida, batin Angga.

Sudah banyak murid perempuan yang nangis di Ruang Pembantaian itu - yah meskipun karena kesalahan mereka sendiri sih...

“Kita beruntung, Nay,” ujar Angga, “Kalo tadi kita sampe telat, aku bakalan nggak enak sama kamu.”

“Kenapa?” tanya Nay.

“Guru Konseling di sini tegas dan disiplinnya minta ampun...” sahut Angga sambil celingukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun