* * *
SMU Negeri 13...
Tepat saat Angga memasuki gerbang sekolah, bel masuk berbunyi.
“Fyuuh... Untuuung masih keburu...” desis Angga dengan peluh yang bercucuran di sekujur tubuhnya.
Angga sendiri sebenarnya tidak peduli seandainya ia terlambat masuk sekolah. Sudah beberapa kali ia merasakan ‘nikmatnya’ terlambat.
Aturan yang berlaku di sekolahnya adalah ketika bel masuk berbunyi, gerbang akan ditutup. Siswa yang terlambat akan didata oleh Mas Paijo namun tidak diperkenankan masuk area sekolah hingga jam pelajaran pertama berakhir. Kesempatan ini biasanya malah dipergunakan sebagian siswa yang terlambat untuk mengisi perut sambil menyiapkan diri untuk - istilah mereka - dibantai oleh Guru Konseling Super Killer Ibu Ida.
Di jam kedua, siswa yang terlambat diharuskan masuk ‘Ruang Pembantaian’, ini lagi-lagi merupakan istilah yang digunakan para siswa untuk menyebut Ruang Konseling. Di ruang itulah, mereka-mereka yang terlambat akan mendapat pelajaran disiplin dari Ibu Ida - selama jam pelajaran kedua. Ibu Ida yang terkenal tegas akan menggunakan kesempatan itu untuk memeriksa semuanya dari siswa yang terlambat; kepatuhan berseragam, cara berpakaian, potongan rambut, isi tas, termasuk isi ponsel. Jika ada hal yang menyalahi aturan, guru konseling tersebut tak segan untuk mengirimkan surat pemanggilan pada orangtua.
Orangtua Angga sendiri pernah dipanggil ke sekolah gara-gara pemuda itu kedapatan membawa komik.
Yah, aku sih masa bodo, tapi kasian kalo Nay sampe dibantai sama bu Ida, batin Angga.Sudah banyak murid perempuan yang nangis di Ruang Pembantaian itu - yah meskipun karena kesalahan mereka sendiri sih...
“Kita beruntung, Nay,” ujar Angga, “Kalo tadi kita sampe telat, aku bakalan nggak enak sama kamu.”
“Kenapa?” tanya Nay.
“Guru Konseling di sini tegas dan disiplinnya minta ampun...” sahut Angga sambil celingukan.