Nay tertawa.
“Gyah, dikasih tau malah ketawa,” sahut Angga keki, “Udah sana masuk kelas! Kalo perlu lari!”“Okay, Ngga. Thanks ya!” seru Nay. Gadis itu berlari ke kelasnya.
Begitu tiba, Nay langsung membanting pantatnya di bangku untuk kemudian sejenak mengatur nafasnya yang memburu karena berlari tadi.
Untung gurunya belum datang...“Hei, tomboy,” terdengar suara dari bangku kanan belakangnya.
Novan.
Nay menoleh. Sejujurnya ia merasa tidak nyaman dengan Novan, tapi apa boleh buat.
“Tumben telat?” tanya Novan.“Angga bangun kesiangan,” jawab Nay pendek sambil menyiapkan diri untuk pelajaran pertama hari itu.
“Oo,” balas Novan, “Tadinya kupikir kamu hari ini nggak masuk, soalnya kamu kemarin sakit dan ijin pulang cepet.”
“Ya sih,” sahut Nay, “Tapi hari ini aku udah baikan kok.”
Novan tersenyum.
“Yawdah kalo gitu. Aku seneng kamu udah sehat lagi.”
Tepat pada saat itu Pak Nug, guru Kesenian masuk ke kelas mereka. Novan buru-buru mengatakan sesuatu pada Nay,
“Aku naruh kertas di laci mejamu. Baca aja.”