Nay terus berjalan, tak mempedulikan Angga yang terus-menerus memanggilnya. Siang hari yang terik itu terasa semakin panas bagi mereka berdua.
“Nay! Ayo naik!” seru Angga yang mengejar Nay dengan sepedanya.
Gadis itu menoleh dan berkata tegas,
“Nggak! Mending aku jalan kaki aja!”
“Oke!” emosi Angga meninggi, “Silakan jalan sampe rumah. Aku duluan!”
Pemuda itu kemudian mengayuh sepedanya dengan cepat meninggalkan Nay yang terus saja berjalan tanpa mempedulikan Angga. Peluh membasahi wajah dan tubuh Nay.
Angga yang kesal terus mengayuh.
Kamu pikir aku becanda ya? Liat aja, kamu pasti bakal manggil aku.
Satu meter, dua meter, sepuluh meter, duapuluh meter, hingga seratus meter jarak mereka, namun pemuda itu tak kunjung mendengar suara Nay.
Dia beneran nih mau jalan? Angga mulai ragu.
Pemuda ini kemudian menghentikan sepedanya dan menoleh ke belakang. Dilihatnya gadis cantik itu masih berjalan dengan peluh bercucuran dan wajah yang merah – entah karena teriknya matahari atau kemarahan dalam hatinya.