“Saat ini cuma kamu yang ada di hatiku. Plis Ngga, percaya ke aku…”
“Nay…” lagi-lagi hanya itu yang mampu Angga ucapkan.
“Plis, Angga…”
Angga menghela nafas. Saat ini semua kekesalannya menguap.
“Aku percaya kamu, Nay.”
Nay mengangkat wajahnya dari dada Angga yang sedari tadi dipeluknya. Ia tersenyum dan memandang wajah Angga dengan mata berkaca-kaca.
“Makasih Ngga,” ujarnya.
Mereka berpandangan. Lama.
“Hei! Udahan dong pelukannya!” tiba-tiba terdengar satu suara.
“Iya, kita jadi iri nih!” terdengar lagi satu suara yang lain.
Nay melepaskan pelukannya pada Angga. Mereka berdua kemudian mencari-cari sumber suara.