Dengan satu senyuman andalan, Dia membalas, "Karena kurasa kita punya satu kemiripan."
"Apa?"
"Nanti juga kau tahu." Dia berlari meninggalkan Agista dengan satu pertanyaan. "Terima kasih untuk motivasinya!"
Laki-laki yang baru saja menemukan perasaan yang baik itu mengendarai sepeda motornya. Membawanya pulang ke rumah. Mematikan gas, melepaskan helm, dan masuk ke ruang yang ia sebut sebagai kamar.
Dia membuka laptop. Menulis satu cerita yang berasal dari lensa abu Agista. Kalau tadi Dia selalu berdiri antara tulis dan hapu, sekarang tulisan Dia berada pada jalur lancar tanpa kendala. Soal paragraf yang ditulis menjorok atau tidak, Dia memutuskan untuk tidak peduli terhadap perkara kecil itu. Menurutnya, urusan itu bisa dikerjakan ketika ceritanya sudah selesai ditulis. Atau mungkin, Dia tidak akan menggunakan tata tertib menulis itu. Hatinya berseru dengan keras, yang penting tulis saja dulu.
"Persetan soal peraturan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H