"Oh, kupikir kamu makhluk astral.," jawab si perempuan.
"Enggak salah, tapi enggak benar juga." Dia kembali pada rencana awal; mendekati si perempuan. "Aku Dia, dari planet lain."
"Namamu Dia?" Perempuan itu memastikan.
"Namaku aneh ya?" Ini bukan pertama kali Dia mendapat respon seperti ini. Teman-temannya dulu pernah berkata seperti apa yang dikatakan oleh perempuan ini. Dia sendiri bingung kenapa kedua orangtuanya memberi nama yang super super aneh ini kepadanya.
"Enggak. Masih normal," jawab perempuan itu walau dalam hati ia mengiyakan. Laki-laki yang aneh. Perempuan itu kembali fokus pada bacaannya.
"Kamu tahu tempat ini dari siapa?"
"Dari tukang bakso." Perempuan itu menunjuk pedagang bakso yang sedang istirahat di bawah pohon kihujan. "Tempat ini dilarang dimasuki orang ya?"
"Enggak juga. Buktinya tukang bakso itu boleh jualan di sekitar sini," jawabnya dengan polos. Perempuan itu menjawab dengan mulut yang membentuk huruf o.
Dia tidak sengaja bertubruk pandang dengan perempuan itu. Matanya cantik sekali dengan bola mata abu-abu. Ribuan kata dan keluarga kalimat seketika memenuhi ruang di kepala Dia.Â
"Itu kucingmu?" Rasanya Dia ingin selalu terlibat percakapan dengan perempuan asing ini.
Tidak ada jawaban selain anggukan kepala dari perempuan yang masih menjalankan ibadah membaca buku.