Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

6. Rusman: Raden Sekartanjung, Adipati Tuban yang Terbunuh

12 September 2018   23:41 Diperbarui: 1 Maret 2019   14:58 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kini Adipati Tuban itu justru mendengar deru prahara yang mengamuk diseputarnya. Kian lama kian dahsyat, seolah-olah dirinya berada dipusat putaran bumi dengan segala isinya.

"Gila," geram Denmas Tanjung, "aku tidak akan dapat bertahan dalam keadaan seperti ini. Aku akan menjadi pening dan kehilangan pengamatanku atas lawanku.

Sebenarnyalah pertempuran antara kedua orang sakti ini telah menumbuhkan kekhawatiran bagi mereka yang bertempur disekitamya. Orang-orang itu melihat Ki Ajar Talun hanya berlari berputaran saja, padahal bagi Raden Sekartanjung ia merasa seolah-olah berada pusaran air samudra yang bergejolak.

Kini yang ada adalah kekhawatiran, sang pemimpin Tuban telah kehilangan pengamatan sehingga sekali-sekali serangan lawannya dapat menyentuhnya pula. Untung Den Mas Tanjung telah melindungi dirinya dengan ilmu kebal, sehingga sentuhan lawannya tidak menyakitinya.

Meskipun demikian Raden Sekartanjung masih berusaha untuk mengaburkan penilaian lawan terhadap dirinya. Tetapi perasaan pening itu bukannya dibuat-buat ia benar-benar menjadi pening oleh prahara yang mengamuk mengitarinya, bahkan lawannya yang berlari disekitarnya itu rasa-rasanya menjadi semakin cepat sehingga menjadi sebuah gelang yang bulat. Dengan demikian maka Raden Sekartanjung rasa-rasanya tidak mendapat kesempatan lagi untuk keluar dari lingkaran maut itu.

Sementra itu orang-orang lain disekitarnya melihat Ki Ajar Talun berlari semakin cepat. Namun herannya bahwa Raden Sekartanjung justru telah mematung didalam kecepatan putaran lawannya. Mereka tidak mengetahui bahwa Raden Sekartanjung merasakan dirinya berada di dalam pusat putaran bumi.

 "Ilmu jenis apa yang aku hadapi ini," geram Raden Sekartanjung didalam hatinya.

**

Dalam pada itu agak jauh dari arena pertempuran nampak dua lelaki sedang berbincang.

"Andai Ki Ajar berhasil membunuh Raden Sekartanjung maka istrinyapun pasti akan membunuh diri, "berkata orang yang mengalungkan sarung di pundaknya.

"Sesederhana itukah pikiranmu ?" Tanya temannya yang mengenakan udeng di kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun