Ragil terkejut saat Kinanti menelponnya kala ia ingin tidur. Ia tau pantai yang Kinanti maksud berada di luar kota dan tidak seharusnya seorang perempuan berkendara sendirian ke tempat sejauh itu pada malam hari.
“Kalau kendaraannya rusak gimana? Mau minta tolong sama siapa? Kalau kamu dirampok gimana? Orangtua tau? Di sana mau ngapain?”
Cecar pertanyaannya hanya dijawab dengan tawa renyah Kinanti
“Tapi buktinya sampai dengan selamat, kan? Sore tadi pas balik dari kantor mikir kayaknya kalo ke pantai lucu nih. Udah lama juga ga ke sini, bintangnya keliatan banget, itu ada sabuk orion, planet venus..”
Mereka menghabiskan sisa percakapan dengan berbicara soal rasi bintang
Spontanitas Kinanti sering membuatnya khawatir, pada kesehatan perempuan itu, pada keselamatan perempuan itu. Pernah suatu malam ia menelpon Kinanti dan perempuan itu sedang berkemah di luar kota untuk mendaki gunung di hari Minggu padahal Ragil tau betul, Senin pagi Kinanti sudah harus bekerja lagi.
Namun entah mengapa, sikap Kinanti yang seperti itu yang diam diam membuatnya kagum. Pada sesuatu yang tidak ia miliki, spontanitas dan kemampuan untuk melihat semua hal dengan perasaan segalanya akan baik baik saja.
Kamu tuh ga kenal takut ya Nan.
Pesan singkat Ragil menyapa layar ponsel Kinanti
Hehe, mungkin. Tapi sejauh ini semuanya worthed kok, puncak gunungnya indah bangeettt
- tapi tetap aja, kamu harus mikir soal gimana hari esok. Kalau naik gunung hari ini besok kerja gimana?