"Baik Bu" ucapku dan berlalu pergi.
      Bu Wati benar benar bijaksana, ia tak ingin menyusahkan orang lain. Padahal jangankan hanya membuang sampah ini di ujung koridor dekat depan guru , jika ia minta membuang sampah ini ke belakang sekolah pun aku mau.
        Ketika aku kembali, ku dapati Bu Wati masih duduk manis dengan pensil di tagannya. Perlahan lahan ku beranikan diri untuk berdiri lebih dekat di hadapannya. Dan saat ia menyadari kedatanganku, ia pun mempersilahkanku untuk duduk.
      "Duduklah nak" ucapnya.
      Akupun mengikuti perintahnya, dengan duduk di sampingnya.
      "Wuuh" kepulan asap mulai berhembusan dari mulutnya, membuatku ingin terbatuk. Kutepis asap asap kecil itu dari hadapanku.
      "Apa yang kamu inginkan di dunia ini?" tanyanya, memecahkan keheningan.
      "Emm,,, saya pak? Tanya ku lugu, dengan menunjuk diriku sendiri.
      "Jadi siapa lagi, apa ada orang lain diantara kita?" tanyanya, dengan pensil di tangannya.Â
      "Bagi saya, hal yang sangat saya inginkan di dunia ini hanya satu Bu Yaitu sukses" jawabku percaya diri.
      Ia pun tersenyum simpul dan pensil di tangannya.