"Setelah belasan tahun baru sekarang kamu ungkapkan perasaan?"
ujarku.
"Aku tahu kamu sudah punya orang lain waktu itu Sam, makanya aku selalu diam, aku lebih memilih mendengarkan, daripada kamu nggak bahagia, asal aku bisa bersamamu, mendengar segala isi hatimu, membantumu sebisaku. Itu caranya aku mengungkapkan cinta Sam"
Airmataku berlinang lagi. Cintaku baru datang sekarang. Cinta yang seharusnya sudah ada belasan tahun yang lalu. Aku benar-benar tidak pernah peka. Sania lah cinta sejatiku.
Tiba-tiba sebuah pertanyaan darinya membuat jantungku berdegup kencang.
"Sam, will you marry me?"
"Tapi San,aku..." bimbang aku menjawab pertanyaan itu. Tapi seakan dia tahu isi hatiku.
"Aku tak peduli kamu duda, aku juga tak peduli kamu miskin, aku mencintaimu Sam. Aku akan setia bersama kamu, seperti yang sudah aku lakukan selama ini"
Aku kembali terdiam. Pikiranku kembali ke orangtuaku. Mungkin mereka tak setuju sebab aku saat ini tak memiliki sesuatu untuk menikah. Tak mungkin aku bertumpu kembali pada mereka seperti waktu muda dulu. Mereka pensiunan saat ini. Tak akan ada biaya untuk menikahkanku.
"Apa yang kamu pikir Sam? Nggak usah mikir biaya. Minggu depan aku mau datang melamarmu. Aku yang melamarmu, Sam. Nggak usah malu, aku juga yang akan membiayai pernikahan ini. Aku mau bawa ibuku kesana. Ibuku juga pasti sangat gembira karena aku mau menikah"
Entah aku harus menjawab apa lagi. Aku benar-benar tak bisa berkata-kata. Ah Sania, aku mencintaimu.