Mohon tunggu...
Rumah Pena Inspirasi Sahabat
Rumah Pena Inspirasi Sahabat Mohon Tunggu... Lainnya - #Rumpies The Club# Komunitas Fiksi Kompasiana

Rumah Pena Inspirasi Sahabat ^Tempatmu berbagi inspirasi menulis fiksi bersama para sahabat^ • Kompasiana: Rumah Pena Inspirasi Sahabat • FB : Rumah Pena Inspirasi Sahabat (Rumpies The Club) • Twitter: @RumpiesClub

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Terinspirasi Lagu RTC Favorit

28 Januari 2016   22:45 Diperbarui: 28 Januari 2016   23:28 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin kita pernah terinspirasi menulis karya fiksi ketika sedang mendengar alunan sebuah lagu. Bisa jadi karena makna lagunya begitu mengena di hatimu yg seluas samudera, atau mungkin pula karena lagu tersebut membawamu larut dalam ruang-ruang lain yang entah (silakan dijawab sendiri).

Yuk, kita ingat-ingat lagi lagu-lagu inspiratif itu.

Rumpies The Club pada malam minggu yang lalu mengajak Sahabat Rumpies (SR) untuk menuliskan fiksi (prosa atau puisi) yang terinspirasi oleh lagu dengan tagar #fiksiinspirasilaguRTC yang idenya dicetuskan oleh Ami Abeb, salah seorang SR yang mengaku sebagai jomblo sportif, meski menurut beberapa orang yang mengenalnya lebih tepat disebut jomblo ngenes

Karya-karya SR yang terkumpul sebanyak 25 buah, dan dipilih dua yang terfavorit.

Jika ingin melihat lebih lengkap karya-karya SR lainnya, silakan bergabung dengan grup fb Rumpies The Club, Rumah Pena Inspirasi Sahabat. Yuuuuk!

***

(Nama SR)
(Judul Karya Fiksi)
(Lagu Inspirasi)

1.    Akhmad Fauzi
Padamu Sukma
Che Sara – Jose Feliciano

2.    Ami Abeb
Tak Seindah Biasa **
Tak Seindah Biasa - Siti Nurhaliza

3.    Alin You
Detik Terakhir
Detik Terakhir – Lyla Band

4.    Batara Ratih
Blues Untuk Timurku II (Kepada Natch)
Meet You at the Moon – Imelda May

5.    Diah Ayu
Teruntuk “Dhi” (Semoga Sukses Perjalanan Sebagai Ibu)
Muara Kasih Bunda – Erie Susan

6.    Fitri Manalu
Teruntuk: De (Sepatu Kananku)
Sepatu – Tulus

7.    Ika Febryantika
Ketika Mulut Terkunci
Ketika Tangan dan Kaki Berkata – Chrisye

8.    Ikhwanul Halim
Tangisan Lelaki Hujan
Crying – Roy Orbinson

9.    Jansori Andesta
Melulu Rindu
Lagu Rindu – Sultan

10.  Ki Suki
Yuk Malam Mingguan di Surabaya
Rek Ayo Rek – Mus Mulyadi

11.  Lumangge Ida‎
Ayah
Ayah – Rinto Harahap

12.  Muhammad Abdul Setyadi
Nostalgi(l)a
Jendela Kelas 1 – Iwan Fals

13.  Nur Hasanah Swd
Andai Kau Ada di Sini
Wish You Were Here – Avril Lavigne

14.  Nur Hasanah Swd
Kau Lelakiku
Kau Lelakiku – Virzha

15.  Marla La'sappe Thalib
Kala Cinta Menggoda
Kala Cinta Menggoda – Chrisye

16.  Putri Apriani II
Musim yang Baik
Tanyaku – Sheila on 7

17.  Rien Anggra Handoko
I Don’t Want to Talk about It
I Don’t Want to Talk about It – Rod Stewart

18.  Rinta Nurhayanti
Kejujuran
Kejujuran – Ade AFI

19.   Ryan Mintaraga 
Cinta kan Membawamu Kembali *
Cinta kan Membawamu Kembali – Dewa 19

20.  Thamrin Sonata
Kau Masih Gadis atau Sudah Janda?
Gadis Atau Janda - Elvy Sukaesih & Mansyur S

21.  Theresia Srie
Pernikahan Hari ke 1534
Just Give Me A Reason - P!nk (ft. Nate Ruess)

22.   Umi Azzurasantika
Wish You Were Here
Wish You Were Here – Avril Lavigne

23.  Wahyu Sapta
Kau dan Topengmu
Aku Mau – Once

24.  Yulia Yuli
Balonku Ada Lima
Balonku Ada Lima – Lagu Anak

25.  ‎Yuyun Sukarsih
You
You – Yui

 

Berikut adalah dua karya Sahabat Rumpies yang terpilih sebagai Favorit Satu dan Favorit Dua.

*************

Cinta kan Membawamu Kembali 

(Terinspirasi oleh lagu Cinta kan Membawamu Kembali – Dewa 19)

oleh Ryan Mintaraga

 

♫ Tiba saat mengerti jerit suara hati

Letih meski mencoba melabuhkan rasa yang ada ♫

Terdengar suara khas Ari Lasso membawakan lirik-lirik indah dalam lagu “Cinta kan Membawamu Kembali”.

Sam memandang Tika.

“Tinggallah sebentar lagi,” pinta Tika. Tangannya menggenggam erat jemari kukuh Sam.

“Aku ingin. Tapi…” pemuda itu mengecup jemari halus kekasihnya, “Aku harus berkemas. Besok pagi-pagi kapalku berangkat.”

Tika mendesah. Kecewa.

“Berapa lama kamu berlayar?” tanyanya.

“Sekitar enam bulan,” jawab Sam.

“Lama sekali,” keluh Tika.

Gadis itu menahan agar air mata tidak jatuh di pipinya.

♫ Cinta kan membawamu kembali di sini

Menuai rindu, membasuh perih ♫

Sam mengusap pipi Tika,

“Bersabarlah,” ujarnya, “Aku janji setelah pulang nanti akan menemui orangtuamu dan melamarmu.”

Mata Tika berbinar,

“Janji?” tegasnya.

“Janji,” jawab Sam mantap.

♫ …dirimu yang dulu

mencintaiku apa adanya ♫

* * *

Seminggu, dua minggu, hingga dua bulan Sam masih mengiriminya kabar dari tengah laut di sela tugasnya sebagai kru kapal pesiar. Hingga pada suatu hari, Tika tak pernah lagi mendengar kabar dari Sam.  Rumor menyebutkan bahwa kekasihnya ditangkap polisi dan ditahan atas tuduhan pencurian.

Itu tidak mungkin benar! Jerit hati Tika.

Ia akan kembali.

Pasti kembali!

Ia hanya sangat sibuk dengan pekerjaannya…

Sam!

Satu tahun, dua tahun, hingga tiga tahun Tika menunggu kembalinya Sam. Sebuah penantian yang seakan tak berujung.

Hingga akhirnya…

* * *

“Ini barang-barangmu.”

Seorang petugas penjara menyerahkan sebuah tas berisi pakaian dan beberapa barang lainnya pada Sam.

“Terimakasih,” ujar Sam.

Lelaki itu kemudian melangkah keluar. Lima tahun kehidupannya terbuang sia-sia di tempat itu. Meski tidak terbukti dirinya yang melakukan pencurian atas barang-barang berharga milik seorang tamu penting, ia tetap didakwa. Perusahaan bahkan cuci tangan dan lepas tanggung jawab. Ia harus menghadapi dakwaan itu sendirian.

Hanya karena aku yang bertugas saat itu.

Sam membuka dompetnya. Foto itu masih tersimpan di sana. Foto seorang gadis cantik yang membuatnya tabah menjalani hari-hari muram di dinding sel yang pengap dan dingin.

Kartika…

Masihkah kamu ingat janji itu?

* * *

Butuh waktu berbulan-bulan lagi bagi Sam untuk bisa kembali ke kampung halamannya. Di negara orang ini ia masih harus menunggu, begitu panjang daftar pekerja yang meminta bantuan kedutaan untuk dipulangkan ke kampung halamannya, mengubur semua mimpi indah tentang emas di negeri orang.

Selama menunggu itu pula ia berkali-kali mencoba menghubungi Tika namun tak pernah ada jawaban.

Pesan yang aku kirim tak pernah sampai, ia juga sudah tidak aktif lagi di dunia maya.

Lelaki itu semakin cemas.

* * *

♫ Tiba saat mengerti jerit suara hati

Letih meski mencoba melabuhkan rasa yang ada ♫

Terdengar suara khas Ari Lasso membawakan lirik-lirik indah dalam lagu “Cinta kan Membawamu Kembali”.

Sam memandang Tika. Sama seperti enam tahun lalu.

Wajah itu…

Tak berubah…

Ada satu getaran yang memaksa keduanya untuk mendekat, untuk bicara, dan saling mendekap.

Namun saat ini keduanya hanya diam terpaku.

Mereka membiarkan jarak itu terbentang di hadapan mereka.

“Maafkan aku, Samudra,” gumam Tika dari halaman rumahnya.

“Tak apa, aku mengerti,” balas Sam dari luar pagar.

♫ Cinta kan membawamu kembali di sini

Menuai rindu, membasuh perih

Bawa serta dirimu, dirimu yang dulu

Mencintaiku apa adanya ♫

Enam tahun bukanlah waktu yang singkat, Sam sadar akan hal itu.  Selama ia menghabiskan lima tahun hidupnya di penjara, banyak hal yang terjadi di luar sana.

Ia mendesah. Bagaimanapun juga hatinya terasa berat. Sangat berat.

♫ …genangkan cinta

Seperti dulu, saat bersama

Tak ada keraguan ♫

“Aku pergi,” ujarnya singkat kemudian berbalik meninggalkan tempat tersebut, “Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu.”

“Aku juga,” balas Tika sambil mengusap perutnya yang membesar.  Usia kandungannya saat ini sudah delapan bulan, “Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu…”

♫ Menuai rindu, membasuh perih

Bawa serta dirimu, dirimu yang dulu

Mencintaiku apa adanya ♫

*************

Tak Seindah Biasanya 

(Terinspirasi oleh lagu Tak Seindah Biasa - Siti Nurhaliza)

oleh Ami Abeb

 

 

"Ada apa, Sam? Cerita deh sama aku"

Suara halus itu sangat akrab di telingaku. Apalagi disaat tak ada lagi tempat menuang rasa. Curahan hatiku selalu didengarnya tanpa bosan. Dari masalah sekolah, keluarga, cinta, keuangan, sampai masalah yang sama sekali tidak penting, dia selalu mendengarnya. Bukan hanya mendengar, solusi terbaik selalu diberikannya untukku. Kadang aku menolak solusi darinya, apabila penyakit gengsi-ku muncul. Meskipun di akhir aku menyadari bahwa solusi darinya selalu tepat.

"Udah kamu tenang aja, mungkin Allah sedang menuliskan rencana terbaik buat kamu, dunia nggak kiamat gara-gara Mutia dinikahin orang, dia juga pasti sedih karena paksaan orangtuanya, bukannya dia nggak berjuang untuk kamu, tapi perjuangannya hanya mampu sampai disini ,Sam. Mungkin juga kalau kamu jadi sama dia, kalian nggak akan sebahagia waktu pacaran"

Nasehat itu berputar-putar terus di kepalaku saat hal yang aku anggap bencana terbesar terjadi, kekasih hatiku dipinang orang. Tentu saja aku tak mampu meminangnya dari awal, sebab kami dipisahkan beribu kilometer. Tuntutan study di luar negeri menjadi 'Tembok Cina' di antara hubungan kami. Aku yang tak mampu pulang, dia yang tak mampu bertahan.

Dan Sania lah yang setia menjadi 'sampah' segala isi hatiku. Gadis yang lebih tua beberapa tahun dariku ini benar-benar tahu seperti apa luar-dalam diriku. Sebab dekatnya kami bermula sejak aku mengenalnya secara tidak sengaja di suatu pesta pernikahan di kota metropolitan. Mulai bertukar nomor handhphone, hingga bertemu kembali di sosial media. Meski aku tak pernah menemuinya lagi sejak saat itu. Tapi hampir setiap hari aku menghubunginya. Hingga hari keberangkatanku tiba, dia sempat mengirim beberapa barang sebagai kenang-kenangan untuk kubawa pergi. Aku? Sama sekali tak pernah memberinya apa-apa. Aku hanya bisa merepotkan saja. Minta ini minta itu, tanpa malu, karena memang dia sudah kuanggap layaknya kakak sendiri. Dan dia? Sama sekali tak pernah ada rasa berat hati untuk membantuku. Semuanya dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih.

Bahkan sehari sebelum hari pernikahanku, dia sempat mengucapkan selamat via telepon karena dia berhalangan untuk hadir. Sekaligus aku meminta padanya agar tak menghubungiku lagi. Karena istriku seorang pencemburu. Seperti biasa, meski kudengar nada sedih dari suaranya, dia selalu mengiyakan permintaanku. Aku pun turut sedih, tapi aku segera melupakannya sejak akad nikahku berlangsung. Istriku? Dia anak pamanku sendiri. Orangtua kami yang menjodohkan sejak kepulanganku. Tentu aku sangat galau waktu itu, tapi ada Sania yang selalu mendengarkan kegalauanku, menasehati, menguatkan hatiku hingga aku mantap untuk menerima perjodohan ini. Tanpanya, mungkin aku akan menjadi anak durhaka sebab menentang orangtua.

Tak kusangka pernikahan ini tak berjalan seperti yang kami harapkan. Sebab istriku tak bisa memberi cucu untuk orangtuanya, aku yang disalahkan. Terang saja orangtuaku marah. Saling caci dan saling hina, hingga mereka lupa bahwa mereka adalah saudara. Akhirnya aku dipaksa menceraikan istriku. Tak kusangka mereka yang dulu menjodohkan, kini mereka juga yang memaksa kami untuk berpisah. Kembali karena desakan orangtua dan mertua - yang tentu adalah pamanku sendiri - , pengadilan agama menjadi tujuan akhir kami, sejak 4 tahun bermula dari pelaminan.

Di saat yang sama, beberapa mitra kerjaku memutuskan hubungan. Itu menyebabkan usahaku bangkrut. Sehingga aku bekerja serabutan demi melunasi hutang-hutangku. Kembali aku tinggal di rumah orangtua, dengan menanggung rasa malu yang sangat.

Hingga di suatu malam, saat aku menangisi nasibku, di atas sajadah lusuh, handhphone-ku berdering. Tampak nama yang sudah sangat lama aku tak melihatnya, muncul kembali. Aku memang tak pernah menghapus nomor itu, tapi aku tak pernah melihatnya lagi sejak aku hidup bersama istriku. Ya, itu Sania.

"Halo, Assalamualaikum, ini Samy? Maaf aku hubungin kamu, aku ngimpiin kamu Sam, kamu nggak apa-apa kan?"

Tangisku pecah begitu mendengar suara halus yang sudah lama sekali kubuang. Suara halus yang selalu setia di saat suka maupun duka. Suara halus yang tak pernah meninggalkanku meski aku melupakannya. Bak malaikat penolong saat badai melanda. Seperti naungan saat terik matahari. Layaknya air segar saat dahaga di tengah padang pasir.

"Kok nangis? Ada apa? Cerita deh sama aku"

Kutumpahkan semua isi hatiku, segala permasalahanku, mulai dari perceraian, pertengkaran ayah dan pamanku, hingga masalah pekerjaan. Dan Sania tak pernah berubah. Dia setia mendengarnya, menguatkan hatiku, kemudian memberi solusi.

"Sudah kamu tenang aja, sabar, Allah sedang mengujimu. Berapa hutang-hutangmu? Aku siap nanggung. Kalau kamu mau, aku punya job buat kamu yang menguntungkan, nanti aku jadi mitra bisnismu. Kamu dimana sekarang? Aku mau ketemu kamu boleh?"

Kembali tangisku pecah. Kesadaranku datang terlambat. Aku baru menyadari bahwa ada orang yang sangat setia padaku setelah aku meninggalkannya. Dan dia sama sekali tak berubah. Dia tetap Sania yang dulu. Beribu terimakasih aku ucapkan meski aku tak tahu dengan apa aku harus membalas semua kebaikannya.

"Tak perlu berterimakasih, Sam. Aku selalu ada untukmu. Aku tak pernah kehilangan kamu. Aku selalu mencari kabar tentang kamu sejak kamu menikah. Doaku pun selalu kuhabiskan untukmu Sam. Aku ingin Samy selalu bahagia, walau aku tak lagi bisa menguhubungimu seperti dulu, sudah tak perlu menangis, ada aku kok"

"San, aku janji nggak akan ninggalin kamu lagi, aku benar-benar butuh kamu San, aku milikmu sekarang" isakku.

"Hehehe,,kamu belum milikku Sam, selama kamu masih disitu dan aku masih disini,selama kamu belum mengikatku"

"Kamu masih sendiri?" aku terkejut.

"Tentu saja, Sam. Aku tak pernah menerima pinangan siapapun. Karena yang di hatiku cuma kamu Sam" lanjutnya, "sejak pertemuan kita pertama malam itu"

"Setelah belasan tahun baru sekarang kamu ungkapkan perasaan?"

ujarku.

"Aku tahu kamu sudah punya orang lain waktu itu Sam, makanya aku selalu diam, aku lebih memilih mendengarkan, daripada kamu nggak bahagia, asal aku bisa bersamamu, mendengar segala isi hatimu, membantumu sebisaku. Itu caranya aku mengungkapkan cinta Sam"

Airmataku berlinang lagi. Cintaku baru datang sekarang. Cinta yang seharusnya sudah ada belasan tahun yang lalu. Aku benar-benar tidak pernah peka. Sania lah cinta sejatiku.

Tiba-tiba sebuah pertanyaan darinya membuat jantungku berdegup kencang.

"Sam, will you marry me?"

"Tapi San,aku..." bimbang aku menjawab pertanyaan itu. Tapi seakan dia tahu isi hatiku.

"Aku tak peduli kamu duda, aku juga tak peduli kamu miskin, aku mencintaimu Sam. Aku akan setia bersama kamu, seperti yang sudah aku lakukan selama ini"

Aku kembali terdiam. Pikiranku kembali ke orangtuaku. Mungkin mereka tak setuju sebab aku saat ini tak memiliki sesuatu untuk menikah. Tak mungkin aku bertumpu kembali pada mereka seperti waktu muda dulu. Mereka pensiunan saat ini. Tak akan ada biaya untuk menikahkanku.

"Apa yang kamu pikir Sam? Nggak usah mikir biaya. Minggu depan aku mau datang melamarmu. Aku yang melamarmu, Sam. Nggak usah malu, aku juga yang akan membiayai pernikahan ini. Aku mau bawa ibuku kesana. Ibuku juga pasti sangat gembira karena aku mau menikah"

Entah aku harus menjawab apa lagi. Aku benar-benar tak bisa berkata-kata. Ah Sania, aku mencintaimu.

"Janjilah Sam, untuk nggak nyuruh aku pergi lagi" ucapnya parau.

"Nggak akan San, kali ini aku benar-benar nggak akan ninggalin kamu. Aku sadar aku selalu butuh kamu San, aku bukan apa-apa tanpa kamu"

Tangisku malam itu menjadi saksi, atas cinta sejatiku yang tak kan kusia-siakan lagi. Atas kesetiaan yang telah lama ada, meski tak pernah kurasa. Atas janji suci untuk selalu bersama, hingga tiba akhir masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun