Putriku menatap label harga itu. Pada usia sebesar itu dia belum terlalu paham nilai uang.
“ Ini mahal, “ kataku padanya.
“ Ibu tidak punya uang? “ tanya putriku.
Aku tak hendak berbohong. Maka kukatakan pada putriku, “ Ibu punya uangnya. Tapi uang sebanyak itu, sebetulnya bisa dipakai untuk banyak hal lain selain tas, Nduk. “
Putriku menatapku. Entah paham entah tidak. Tapi kukatakan padanya, “ Tas yang biasa kau pakai sekarang ke sekolah itu, lucu kan ya ? “
Putriku mengangguk. Ada satu tas favoritnya yang sering dia pakai ke sekolah saat itu.
“ Nah, “ kataku, “ Uang yang harus dibayarkan kalau kita beli tas yang ini – kutunjuk tas yang ‘seperti punya F’ itu – itu jumlahnya bisa dipakai membeli delapan tas seperti yang biasa kau pakai. “
Putriku sepertinya mulai paham apa yang kukatakan. Delapan banding satu itu sepertinya bisa dicerna logikanya.
“ Padahal tas yang kau pakai itu sudah bagus, kan, “ kataku.
Dia mengangguk, lalu menatap lagi tas yang sangat diinginkannya itu.