Tapi yang satu ingin memberi, yang satu tak hendak menerimanya.
Dan seperti banyak jalan hidup yang tak perlu dipertanyakan, Sang Maha Cinta ternyata memilih pada siapa kesempatan membangun rumah bagi keluarga kami itu diberikannya.
Dia memberikan kesempatan itu sepenuhnya pada suamiku.
***
Duh, airmataku mengalir ketika menuliskan cerita ini kini
Aku mengagumi keteguhan hati suamiku yang menganggap bahwa membangun rumah adalah tanggung jawab yang harus dipenuhinya sendiri sebagai lelaki. Di pihak lain, aku berterimakasih atas pengertian orang tuaku, terutama almarhum ayahku, yang harus merelakan bahwa cita- cita lamanya untuk memberikan rumah bagiku akhirnya tak pernah tercapai.
Sungguh, betapa aku bersyukur dan berterimakasih bahwa begitu banyak cinta dan pengertian yang hadir di sekelilingku dari orang tua dan suami yang sama- sama sangat aku kasihi itu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H