Tentu saja, seperti umumnya para gadis, di saat lajangku dulu, aku biasa menerima hadiah- hadiah kecil dan souvenir dari para teman lelakiku. Bentuknya beragam. Umumnya coklat, pernak- pernik kecil, T-shirt, juga puisi maupun cerpen yang (konon) dibuat karena penulisnya terinspirasi olehku (Ehm! Ha ha).
Maka, begitulah. Ketika aku lalu pada suatu hari menerima sebuah buku second hand yang sampulnya agak kusut dan bahkan diberikan tanpa bungkus sebagai hadiah pertama dari lelaki yang kini menjadi suamiku itu, aku sungguh tercengang. Dan.. begitu saja setelah itu hatiku meleleh, jatuh cinta padanya.
Bayangkan saja, ketika para pemuda lain memberikan hadiah- hadiahnya dalam kemasan yang sangat cantik, seringkali berpita, atau memberikannya dengan cara yang sangat romantis, lelaki yang satu ini memberikan buku second hand itu dengan cara yang sangat sederhana dan... begitu saja.
Tanpa bungkus, tanpa kata- kata yang berlebihan.
Membuatku terpesona dan jatuh cinta luar biasa padanya.
Aku dengan segera mengerti, lelaki seperti apa dia. Melihat jenis buku yang diberikan, cara dia memberikan buku itu, dan ke'nekad'an-nya memberikan buku second hand sebagai hadiah pertamanya bagiku, dalam sekejap aku memahami falsafah hidupnya, tentang sikapnya, tentang perilaku sederhana yang apa adanya yang sungguh membuatku terpikat luar biasa padanya..
Lalu suatu hari, lelaki itu berkata, " Beberapa bulan lagi saya lulus, " katanya, " Akan saya temui Bapak dan Ibu untuk meminta kamu buat jadi istri saya. "
Janji yang kuterima dengan senang hati…
***
To make a story short, rencananya untuk meminangku pada kedua orang tuaku selulus kuliah pasca sarjananya itu kusampaikan pada orang tuaku, yang menerima dengan tangan terbuka.
Lalu, ada pembicaraan tentang dimana kami akan tinggal setelah menikah nanti. Baik dengan (calon) suamiku itu, dan juga dengan kedua orang tuaku. Dan ketika itulah, ayahku berkata, “ D, coba lihat- lihat rumah yang cocok. Nanti Bapak belikan rumah itu buat kalian tempati setelah menikah.”