Agak 'sadis', tapi itu salah satu caraku untuk mendidik anak- anak untuk mandiri dan bertanggung jawab.
Maka memang, menjadi ajaib bahwa anak- anak yang dengan kesadaran penuh kudidik untuk mandiri bahkan sejak usia dini, malah setelah lulus SMA kuantar dan kutunggui di depan gedung saat daftar ulang di perguruan tinggi.
Putriku nyengir lebar, belum hendak menyudahi percakapan.
" I prefer Bapak's style, " begitu katanya akhirnya. Menyimpulkan bahwa menurut dia, sikap ayahnya lebih tepat. Menunjukkan perhatian dengan mengantar, tapi tidak berlebihan seperti aku, yang berniat mengantar dan menunggu di tempat daftar ulang.
Aku senyum- senyum saja.
Ah, Nduk, pikirku, kau tidak mengerti, bahwa jika aku mengantar adiknya daftar ulang sampai ke gedung, itu bukan masalah bahwa aku menganggap bahwa sang adik tak mampu melakukannya sendiri. Itu urusan rasa. Urusan hati yang antara bangga, dan... setengah tidak rela untuk melepaskan anak keluar rumah...
" Wah... beneran, bu ? "
Kedua anakku tertawa terbahak- bahak. Aku juga tertawa geli. Begitu juga dengan ibuku, neneknya anak- anak. Dua anakku, yang sulung dan anak tengahku -- anak kedua, Â kuliah di kota dimana ibuku tinggal. Mereka kini tinggal di rumah nenek. Maka, ibuku ada saat percakapan ini terjadi.
" Iyaaa... benerannn... " aku terbahak lagi.
Percakapan ini terjadi seusai aku mengantarkan anakku daftar ulang. Kuceritakan pada mereka apa yang kualami pagi itu.