" Diantar dan ditunggu sampai ke gedung ? " tanya si sulung sambil sebuah senyum lucu mulai muncul di mukanya.
" Iya, " jawabku lagi. " Kenapa ? "
Putriku tertawa dan melirik adik lelakinya.
Kupahami arti lirikannya.
Itu kode antar kakak beradik itu kalau mereka menganggap tindakanku agak 'diluar jalur. "
Aku berlagak pilon.
" Nah, ngapain kemarin ibu bela- belain datang ke sini, datang tengah malam, ambil cuti dadakan, kalau pagi ini nggak ngapa- ngapain? " jawabku.
Putriku tertawa lagi sebagai jawabannya.
" Lagipula, " jawabku setengah membela diri, " Mbak dulu juga diantar Bapak waktu daftar ulang kan ? "
Tiga tahun yang lalu, putri sulungku diterima di perguruan tinggi yang sama dimana adik lelakinya itu juga diterima. Dan saat itu, suamiku mengantarnya ke kota dimana perguruan tinggi itu berada. Mereka berangkat sehari sebelum Hari-H, lengkap dengan koper berisi baju- baju dan buku- buku yang akan dibutuhkan si sulung.
Sementara hari itu sekitar dua minggu yang lalu, sebetulnya aku justru berada di kota tersebut tanpa rencana. Rencana awal sebenarnya anak tengahku, anak kedua itu, akan berangkat daftar ulang sendiri saja. Dokumen sudah lengkap, uang kuliah sudah dibayar, dia juga sudah ada di kota tersebut sehari sebelumnya.