Perkara bawa-botol-kosong -saat-testing itu menjadi bahan bahasan setengah geli setengah "ampun deh, ibu memang ada- ada saja" antara dia dan kakaknya. Entah dia setuju dengan idenya atau mungkin sekedar takut kualat jika melawan titah ibunda saat hendak testing jangan- jangan dia tidak diterima pula di perguruan tinggi yang diinginkannya, tapi anakku menurut. Botol kosong itu dibawanya. Hahaha.Â
Maka begitulah. Pada hari testing itu, diantara pensil 2 B, penghapus, kartu tanda pengenal testing di ransel anakku ada pula botol Aqua kosong itu untuk cadangan jika toilet penuh. Hahahahaha.
Botol itu akhirnya tak terpakai, sebab saat test hari itu, anakku tidak perlu ke toilet.
Tetap saja, aku sih mengatakan padanya, " Iya nggak apa- apa.. Baguslah kalau nggak perlu. Tapi kalau kepepet, botol kosong itu bisa jadi penyelamat lhoooo... "
Ahahahaha.
Duh. Ada-ada saja, ya?
Untunglah, anakku juga berhasil menembus SBMPTN. Dia diterima di pilihan pertama-nya, jurusan dan perguruan tinggi yang menjadi cita- citanya. Maka, at least, cerita tentang botol kosong itu kini bisa diceritakan sambil tertawa- tawa. Agak lebay, konyol dan mengada- ada... tapi... sudahlah, namanya juga ibu- ibu yang sedang stress sebab anaknya mau testing, ya begitu itulah yang terjadi. Yang penting, anaknya diterima, kan? Hehehehehe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H