Anakku tertawa geli.
‘ Coba lihat deh alamatnya, “ katanya.
Kami yang lain segera membaca tulisan dilayar televisi. Suara tawa kecil mulai bermunculan.
“ Itu tetangga ibu, ya, hi hi hi ... “ anakku yang lain berkata.
Alamat yang tertulis di layar TV itu memang menunjukkan lokasi yang tak jauh dari lahan yang kuniatkan untuk mendirikan rumah kayu itu.
"Â Lihat deh, ibu itu, tetangganya aja aneh- aneh, " anakku cekikikan.
“ Enak aja, tetangga ibu, “ protesku, “ Tetangga kita. Kalau rumah itu nanti jadi ada, rumah itu rumah kita. “
“ Bukan, ibu, “ anakku bersikeras, “ Itu rumah ibu. Bukan rumah aku, Aku nggak mau tinggal disana... “
Saudara- saudaranya mengamini dengan mengatakan “ Aku juga nggak mau... aku juga nggak mau... “
Ih, menggemaskan betul anak- anak kecil ini.
Aku menjawab dengan manis, “ Ya sudah, kalau pada nggak mau tinggal disana, nanti Ibu tinggal berdua dengan Bapak saja deh di rumah itu... “