“ Aku juga nggak mau, “ kakaknya menyahut segera. Si bungsu mengangguk.
Waduh.
Ha ha ha.
Tentu saja, bagi anak- anakku, kota tersebut adalah sebuah tempat asing. Sekolah, kawan- kawan, saudara dan kerabat tak ada di sana. Tempat dimana mereka sehari- hari beredar dan bergaul juga bukan disana.
Tapi tak apa. Sebab aku toh tak berniat tinggal disana dalam waktu dekat. Itu nanti. Nantiiiii. Entah kapan.
Dan gurauan di rumah kami bertambah semacam lagi.
Yakni kelakar tentang ‘rumah ibu’, begitu anak- anakku menyebut khayalanku tentang rumah yang ingin kubangun beratus kilometer jaraknya dari rumah kami sekarang itu...
***
Suatu hari, ketika kami sekeluarga sedang menonton televisi, ada iklan muncul di layar.
Rupanya iklan untuk meramal nasib.
‘Ketik REG spasi xxxx kirim ke xxxx ‘ begitu bunyi iklan tersebut. Disusul dengan teks nama sang peramal beserta alamat dan nomor teleponnya.