Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Uniknya Anak- anak: Aku Kapten Bagi Jiwaku (1)

24 Maret 2013   21:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:17 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1364136727230272554

Bukan (hanya) oleh kawan seusianya tapi juga oleh orang tua kawannya itu.

Dan saat dia dicurangi itu, kami, aku dan ayahnya, memilih untuk tak melawan secara frontal kecurangan itu tapi kami bicara pada putri sulung kami bahwa kami tahu dialah seharusnya yang menjadi juara. Tak perlu kecil hati jika kemudian dengan curang gelar juara itu jatuh pada orang lain.

" Semua orang tahu siapa juaranya, " itu yang kami katakan padanya, " Tetaplah berusaha, dan sekian tahun lagi, kita lihat siapa juara sejatinya. "

Putri kami, 11 tahun usianya saat itu, sedang menjalani tahun terakhirnya di SD.

Sulungku ini menyelesaikan SD-nya dalam waktu 5 tahun. Dia termasuk angkatan pertama kelas akselerasi di SD-nya. Namun bukan semata soal kelas akselerasi yang ingin kuceritakan di sini. Yang terpenting yang ingin kuceritakan adalah bahwa membangun mental juara itu bukan pekerjaan instan.

Aku adalah orang tua yang selalu prihatin melihat anak- anak dalam usia dini dipacu untuk mencapai prestasi ini dan itu, dan lalu dipamerkan kemana- mana bahwa dia juara. Aku sendiri tak pernah berminat menjadikan anak- anakku menjadi bahan pameran seperti itu. Sebab aku percaya, pendidikan anak adalah urusan jangka panjang.

Bukan hanya otaknya yang perlu dibangun, tapi juga hatinya.

Jiwanya.

Pernah kudengar cerita memprihatinkan tentang kakak kelas putriku. Juara ini dan itu sejak SD, termasuk peraih medali emas olimpiade. Dan yang kudengar, anak ini bahkan sejak SD sering menjerit- jerit di sekolah, tak tahan atas tekanan yang diberikan oleh orang tuanya untuk harus berprestasi, harus menjadi juara. Harus selalu nomor satu.

Kudengar, dia makin bermasalah saat dia masuk SMP dan SMA.

Dia masih berprestasi, masih menjadi juara ini dan itu. Dan orang tuanya, terutama ibunya, selalu dengan bangga melaporkan pencapaian prestasi anaknya dimanapun, baik saat mengobrol dengan ibu- ibu lain, juga di status facebooknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun